Tuesday, July 29, 2025

THE 4TH NASIONAL STUDENTS LEADERS ON SUSTAINABILITY METTING (THE 4TH NSLSM) UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

 

THE 4TH NASIONAL STUDENTS LEADERS ON SUSTAINABILITY METTING (THE 4TH NSLSM)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


Sebuah acara yang diadakan oleh Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang melibatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Acara ini bertujuan untuk membahas isu-isu keberlanjutan di tingkat mahasiswa, serta untuk mendorong partisipasi aktif dalam upaya menciptakan perubahan positif terkait isu-isu lingkungan, sosial, dan ekonomi di masa depan mengenai konservasi. The 4th NSLSM mencakup serangkaian kegiatan seperti seminar, diskusi panel, workshop, dan presentasi ide atau proyek terkait keberlanjutan, yang dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, serta praktisi di bidang keberlanjutan.

Pada tahun ini, IAIN Ponorogo memberikan kepercayaan kepada UKM MAPALA PASCA untuk berpartisipasi dalam acara bergengsi The 4th National Students Leaders on Sustainability Meeting (The 4th NSLSM). Dengan semangat yang tinggi, kami mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk mengikuti kegiatan ini dengan penuh antusiasme. Sebagai bagian dari upaya memperluas wawasan dan memperkaya pengalaman, UKM MAPALA PASCA mendelegasikan dua anggota terbaik kami, yaitu Revica dan Risma, untuk hadir sebagai perwakilan. Keduanya akan menjalankan peran sebagai kader konservasi yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan gerakan keberlanjutan di masa depan. Kami berharap melalui kesempatan ini, mereka dapat menyerap pengetahuan yang mendalam dan wawasan baru yang nantinya akan bermanfaat, tidak hanya untuk pengembangan diri mereka sendiri, tetapi juga untuk seluruh anggota MAPALA PASCA dalam memperkuat komitmen kami terhadap pelestarian lingkungan dan keberlanjutan.

Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari 2 malam. Dengan agenda hari pertama yaitu pembukaan di Auditorim UNNES melakukan regristrasi, dilanjutkan pembukaan, sambutan- sambutan dan foto bersama mulai pukul 13.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Kegiatan selanjutnya yaitu penyampaian materi pertama tentang Building a Greener Future: The Role of Student in Sustainability selama kurang lebih 15 menit.


Kemudian pukul 15.00-15.30 WIB kami melakukan ISHO. Setelah ISHO dialanjutkan dengan materi kedua yaitu What Can Student Leaders Do For Their University's Sustainability Program pukul 15.30 WIB sampai 16.30 WIB. Setelah itu dilanjutkan foto bersama dengan pemateri dan seluruh peserta dan dilanjutkan dengan istirahat dan sholat selama satu jam. Pukul 18.30 kami seluruh peserta kembali ke Gedung Auditorium untuk melakukan welcome dinner dan diselingi dengan hiburan-hiburan musik. Hingga pukul 21.00 WIB kami seluruh peserta istirahat di penginapan masing-masing dengan diantara oleh pihak panitia menggunakan kendaraan kampus.


Pada pukul 07.00 WIB, pihak kampus menjemput seluruh peserta dari masing-masing penginapan menuju gedung LPPP. Pukul 07.45 WIB, kami melakukan registrasi di lantai 2 gedung LPPP. Agenda hari kedua dimulai dengan materi pertama yang disampaikan oleh Ibu Dewi, anggota BKSDA Jawa Tengah, dengan tema "Pendekatan Konservasi Berkelanjutan Melalui Penguatan Kader Konservasi".


Selanjutnya, Ibu Amin Pujati menyampaikan materi tentang "Peran Gen Z dalam Pembangunan Konservasi Berkelanjutan untuk Akselerasi Pencapaian SDGS". Pukul 09.30 WIB, materi ketiga dimulai dengan topik "Future Green Jobs for Indonesia Emas 2045" oleh Bapak Arif Kristanto hingga pukul 11.30 WIB. Setelah istirahat, materi kelima mengenai "Pengembangan Sustainability Produk Berbasis Tulang Daun" dimulai. Peserta dibagi dalam kelompok sesuai nomor undian sebelumnya untuk praktik pengolahan limbah daun menjadi produk yang siap dijual. Pukul 15.00-15.30 WIB, peserta kembali beristirahat, kemudian melanjutkan dengan tur kampus dan penebaran ikan di embung UNNES. Setelah itu, peserta kembali ke ruang LPPP untuk istirahat.

Materi terakhir dimulai dengan judul "Peran Student Leader di Kampus Berkelanjutan: Penerapan 6 Indikator UIGM di Kampus". Setiap kelompok mendiskusikan enam indikator UIGM dan saling bertanya terkait penerapannya di kampus masing-masing, sehingga terjadi pertukaran informasi mengenai kampus konservasi. Pukul 21.00-21.15 WIB, acara ditutup, dan pukul 21.15 WIB, seluruh peserta kembali ke penginapan.



Pada hari ketiga, seluruh peserta berkumpul untuk mobilisasi pada pukul 07.00 WIB di depan Hotel POP, kemudian melanjutkan kegiatan city tour menggunakan bus kampus. Perjalanan dimulai pukul 07.30 WIB dan berlanjut hingga pukul 15.00 WIB, mengunjungi Tugu Muda, Lawang Sewu, dan Kota Lama di Semarang. Setelah tour selesai, kami kembali ke daerah masing-masing.


 

 

 

Tuesday, July 22, 2025

DIKJUT CAVING

DIKJUT CAVING

 


Sekali Melangkah Pantang Untuk Kembali🔥

Salam Lestari!!✊🏻✊🏻


Dalam rangka mengembangkan kompetensi teknis anggota serta memperluas wawasan speleologis yang berorientasi pada aspek eksploratif, ilmiah, dan konservatif MAPALA PASCA telah menuntaskan Diklat Lanjutan (DIKJUT) Caving pada Rabu 16 Juli hingga Sabtu 19 Juli 2025, di Gua Tenggar (Lowo) Dsn. Tenggar, Ds. Tenggarejo, Kec. Tanggunggunung, Kab. Tulungagung dan Gua Manten, Dsn. Ngrancah, Ds. Ngepoh, Kec. Tanggunggunung, Kab. Tulungagung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi gua dan mengidentifikasi potensi-potensi yang ada di dalamnya. Selama kegiatan, tim menemukan beberapa ornamen gua yang menarik, seperti stalaktit, stalagmit, gourdam, shawl/gordyn. Tim juga melakukan pengukuran dan dokumentasi tentang gua. Kegiatan caving ini berjalan dengan lancar dan aman. Tim berhasil mengeksplorasi gua dan mengidentifikasi potensi-potensi yang ada di dalamnya. Kegiatan ini juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan prosedur caving.

kegiatan ini secara nyata terlihat dari ditemukannya berbagai ornamen gua yang terbentuk secara alami selama ribuan hingga jutaan tahun, seperti stalaktit yang menggantung dari langit-langit gua, stalagmit yang menjulang dari dasar, gourdam yang terbentuk dari endapan kalsium dalam air, serta shawl atau gordyn yang menyerupai tirai batu kapur yang indah, yang semuanya tidak hanya memiliki nilai estetis, tetapi juga menjadi indikator penting dalam studi geologi dan hidrologi karst; dan lebih jauh lagi, seluruh rangkaian kegiatan berjalan dengan lancar, aman, dan terkendali, tanpa adanya insiden atau kendala berarti, berkat persiapan matang yang dilakukan oleh panitia serta kedisiplinan peserta dalam menerapkan prinsip safety first selama penelusuran, sehingga pada akhirnya kegiatan ini tidak hanya berhasil memperkuat keterampilan teknis dan kekompakan tim, tetapi juga membentuk kesadaran kolektif mengenai pentingnya konservasi lingkungan gua sebagai bagian dari ekosistem yang rapuh dan berharga, yang keberadaannya harus dijaga melalui pendidikan berkelanjutan, praktik eksplorasi yang bertanggung jawab, serta kolaborasi antara komunitas pecinta alam, akademisi, dan masyarakat lokal sebagai penjaga warisan alam tersebut.

EKSPEDISI SUMBER MATA AIR

EKSPEDISI SUMBER MATA AIR

 

Pada tanggal 5 hingga 6 Juli 2025, telah dilaksanakan kegiatan Seminar Konservasi dan Aksi Penanaman Pohon yang diselenggarakan oleh MAPALA PASCA. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap isu-isu lingkungan dan sebagai bentuk upaya edukatif sekaligus aksi nyata yang dapat memberikan kontribusi dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Kegiatan ini diikuti oleh Kelompok Pecinta Alam se-Kabupaten Ponorogo, SISPALA se-Kabupaten Ponorogo, MAPALA se-Karesidenan Madiun, serta perwakilan dari CDK dan BKSDA. Beberapa instansi juga turut hadir dan berkontribusi, termasuk Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo dan Yayasan Menabung Air Ponorogo sebagai mitra dan narasumber dalam kegiatan ini.

Pada hari Sabtu, 5 Juli 2025, dilaksanakan kegiatan Seminar Konservasi di Graha Watoe Dhakon. Kegiatan dimulai pada pagi hari dan secara resmi dibuka oleh Ibu Rektor UIN Ponorogo dengan penuh khidmat. Setelah pembukaan, para peserta mendapatkan pemaparan materi pertama mengenai isu lingkungan yang terjadi di Kabupaten Ponorogo, terutama yang berkaitan dengan air dan pentingnya menjaga sumber daya alam. Materi ini disampaikan oleh perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Ponorogo.

Setelah istirahat, peserta mengikuti sesi materi biopori yang disampaikan oleh Yayasan Menabung Air Ponorogo. Dalam sesi ini, peserta diberi pemahaman mengenai pentingnya biopori sebagai upaya menjaga cadangan air tanah. Sesi dilanjutkan dengan aksi simbolis pemasangan biopori oleh peserta sebagai bentuk implementasi langsung dari materi yang telah disampaikan.

Pada hari Minggu, 6 Juli 2025, merupakan hari pelaksanaan aksi penanaman pohon yang dilaksanakan di Desa Munggu, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo. Pada pagi hari, peserta melakukan persiapan lalu berangkat menuju titik lokasi penanaman yang telah ditentukan. Kegiatan penanaman dilakukan sebagai upaya konservasi sumber mata air dengan menanam 150 bibit pohon beringin, alpukat, mangga, dan sukun. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga sumber daya alam. Dengan penanaman ini, diharapkan kualitas air dan lingkungan di Desa Munggu dapat terjaga dengan baik, serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dalam jangka panjang.


DIKLAT LANJUTAN ROCK CLIMBING

DIKLAT LANJUTAN ROCK CLIMBING




Pada tanggal 12 hingga 14 Juni 2025, organisasi Mahasiswa Pecinta Alam UIN Ponorogo telah melaksanakan kegiatan Diklat Lanjutan Rock Climbing sebagai bagian dari agenda wajib tahunan organisasi. Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi tebing Perbah Munggu, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo. Kegiatan dimulai setiap harinya puku 07.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.00 WIB, dengan rangkaian aktivitas pelatihan yang terstruktur dan difokuskan pada peningkatan kemampuan teknis panjat tebing para anggota.

Diklat lanjutan ini merupakan tahapan penting dalam proses pembinaan anggota organisasi, khususnya bagi yang telah menyelesaikan DIKLATSAR. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperdalam teknik panjat tebing, mengenalkan medan alami yang lebih menantang, dan melatih ketahanan fisik dan mental para peserta dalam situasi lapangan sebenarnya.

Selama tiga hari pelaksanaan, peserta mendapatkan materi praktis dan mengaplikasikannya secara langsung seperti teknik lead climbing, pemasangan anchor yang aman, sistem pengamanan (belaying), prosedur evakuasi (Rescue), dan pemetaan jalur panjat. Kegiatan ini didampingi oleh anggota berpengalaman di bidangnya dari internal organisasi. Selain pelatihan teknis, peserta juga diberikan sesi refleksi dan evaluasi setiap sore sebagai bentuk pembelajaran kolektif.

Pihak panitia pelaksana menyatakan bahwa kegiatan berlangsung dengan lancar tanpa kendala besar. Seluruh peserta menunjukkan kedisiplinan tinggi serta kekompakan tim yang menjadi nilai penting dalam dunia kepencintaalaman. Tak hanya mengasah kemampuan teknis, kegiatan ini juga mempererat solidaritas antaranggota serta memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai konservasi alam.

           Dengan terlaksananya diklat lanjutan ini, diharapkan para anggota mampu menerapkan ilmu yang diperoleh secara bertanggung jawab dan profesional dalam kegiatan lapangan selanjutnya. Organisasi mahasiswa Pecinta Alam UIN Ponorogo berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan kapasitas anggotanya dalam rangka membentuk pribadi kuat, mandiri, peduli lingkungan, dan siap berkontribusi dalam pelestarian alam.

DIES NATALIS MAPALA PASCA XXIX

 DIES NATALIS MAPALA PASCA XXIX


Dalam rangka memperingati Dies Natalis MAPALA PASCA ke-XXIX, diselenggarakan sebuah kegiatan family camp di Bumi Perkemahan Wisata Alastuwo, Ds. Alastuwo, Kec. Poncol, Kab. Magetan. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari rangkaian perayaan ulang tahun organisasi, bukan hanya sebagai bentuk perayaan, tetapi juga sebagai momen untuk mempererat kembali tali persaudaraan antar anggota.

Setelah semua persiapan selesai, kami berangkat bersama menuju lokasi kegiatan. Setibanya di lokasi, suasana langsung terasa berbeda. Tanpa menunggu lama, kami langsung mulai mendirikan tenda dan menata area perkemahan. Walaupun cukup melelahkan, semuanya dilakukan dengan senang hati karena dikerjakan bersama. Setelah ISHOMA, kami lanjut menyempurnakan persiapan lokasi. Menjelang sore, kegiatan resmi dibuka dengan apel pembukaan. Selanjutnya, diadakan doa khataman, pemotongan tumpeng, dan makan bersama sebagai wujud rasa syukur atas bertambahnya usia organisasi kami dan atas kesempatan untuk bisa berkumpul kembali dalam suasana hangat.

Malam harinya menjadi salah satu momen paling berkesan. Kami menyaksikan video dokumenter yang memutar ulang jejak langkah perjalanan organisasi dari masa ke masa. Tawa, haru, dan kebanggaan bercampur jadi satu. Setelah itu, dilanjutkan dengan temu kangen dengan suasana Santai, bakar-bakar, live music, dan banyak obrolan yang mempererat rasa kekeluargaan di antara kami.

Keesokan harinya, kami memulai hari dengan sarapan dan senam pagi bersama. Kegiatan dilanjutkan dengan sesi fun games yang sangat seru. Meskipun sederhana, permainan ini membawa energi positif dan kebersamaan yang luar biasa. Menjelang siang, kami kembali ISHOMA dan mulai berkemas. Tenda dibongkar, barang-barang dirapikan. Sebelum meninggalkan lokasi, kami mengadakan apel penutup sebagai simbol berakhirnya kegiatan ini. Perjalanan pulang diwarnai perasaan puas dan penuh syukur. Kegiatan dalam rangka Dies Natalis ini bukan hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga ruang untuk memperkuat nilai-nilai yang selama ini menjadi fondasi organisasi: kekeluargaan, kerja sama, dan semangat berbagi. Semoga semangat ini terus hidup, tumbuh, dan menjadi inspirasi dalam perjalanan kami ke depan.

EKSPEDISI LAWU: MENGGALI ILMU, MERAJUT KETANGGUHAN DIRI

EKSPEDISI LAWU: MENGGALI ILMU, MERAJUT KETANGGUHAN DIRI

Haniza

antikholifatin@gmail.com

Abstract

This article discusses a forest mountain expedition that applies land navigation, expedition management, and 3D mapping. This research was conducted in Mount Lawu by applying survey methods and interviews with relevant parties to obtain data beyond the samples obtained in the field. By integrating reliable navigation, well-planned expedition management, and survival skills, this article aims to provide practical guidance for climbers and adventurers in undergoing forest mountain expeditions more safely and successfully. The findings are expected to raise awareness of the importance of thorough preparation in facing nature's challenges.

Keywords: Mount Lawu, land navigation, expedition management, 3D mapping.

Abstrak

Artikel ini membahas ekspedisi gunung hutan yang menerapkan navigasi darat, manajemen ekspedisi, serta pemetaan 3D. Penelitian ini dilaksanakan di Gunung Lawu dengan  menerapkan metode survei dan wawancara pada pihak terkait untuk mendapatkan data diluar sampel yang di dapat di lapangan. Dengan mengintegrasikan navigasi yang handal, manajemen ekspedisi yang terencana, dan keterampilan survival, artikel ini bertujuan untuk memberikan panduan praktis bagi para pendaki dan petualang dalam menjalani ekspedisi gunung hutan dengan lebih aman dan sukses. Temuan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya persiapan yang matang dalam menghadapi tantangan alam.

Kata kunci : Gunung  Lawu, navigasi darat, manajemen ekspedisi, pemetaan 3D

 

Pendahuluan

Ekspedisi gunung hutan merupakan salah satu bentuk petualangan yang menantang dan menarik, di mana para peserta tidak hanya dituntut untuk menjelajahi keindahan alam, tetapi juga harus menghadapi berbagai tantangan yang ada di lingkungan pegunungan. Dalam konteks ini, manajemen ekspedisi yang baik menjadi sangat penting untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan perjalanan. Salah satu aspek kunci dari manajemen ekspedisi adalah navigasi, yang mencakup pemahaman tentang teknik-teknik navigasi yang efektif, penggunaan alat pemetaan, serta strategi survival yang dapat diterapkan di lapangan.

Navigasi yang baik tidak hanya melibatkan kemampuan membaca peta dan menggunakan kompas, tetapi juga memahami kondisi geografis dan cuaca yang dapat mempengaruhi perjalanan. Dalam ekspedisi gunung hutan, di mana medan sering kali sulit dan tidak terduga, keterampilan navigasi yang handal menjadi sangat penting untuk menghindari risiko tersesat dan memastikan bahwa tim dapat mencapai tujuan dengan aman. Selain itu, pemetaan yang akurat dan terkini juga berperan dalam merencanakan rute yang efisien, mengidentifikasi sumber daya yang tersedia, serta menentukan titik-titik penting seperti tempat peristirahatan dan lokasi air.

Di samping itu, aspek survival dalam ekspedisi gunung hutan tidak kalah pentingnya. Peserta harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang mungkin ekstrem, seperti cuaca buruk, kekurangan makanan, atau cedera. Dengan memadukan navigasi yang efektif, manajemen ekspedisi yang terencana, dan keterampilan survival yang memadai, para peserta dapat menjalani ekspedisi gunung hutan dengan lebih percaya diri dan aman. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai pentingnya navigasi, manajemen ekspedisi, dan pemetaan dalam konteks ekspedisi gunung hutan, serta memberikan panduan praktis untuk meningkatkan keberhasilan dan keselamatan dalam petualangan ini.Buadaya digunung seringkali mencerminkan kearifan lokal yang telah terjaga selama berabad – abad. Masyarakat yang tinggal didaerah pegunungan biasanya memiliki tradisi yang erat kaitannya dengan lingkungan mereka. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian identitas budaya, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian alam.

 

Metode

1.     Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menunjang kegiatan spesialisasi yang berlokasi di Pegunungan Lawu yang akan dilakukan pendakian jalur melalui Jl. Raya Sarangan, Singolangu, Sarangan, Kec. Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur 63363.

2.     Waktu dan alat penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada tanggal hari kamis, 24 April 2025 hingga minggu, 27 April 2025 yang dimulai pukul 15.00 WIB. Alat yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua yakni peralatan tim dan peralatan pribadi. Peralatan tim meliputi tenda, cooking set, fly sheet, alat navigasi darat (peta, GPS, kompas, penggaris, papan dada, roomer & protractor). Sedangkan peralatan pribadi meliputi sleeping bag, pakaian lapangan, carrier, matras, P3K, MCK, dan sepatu.

3.     Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini yaitu dengan cara wawancara dan survei. Penelitian dilakukan dengan cara mewawancarai pihak terkait untuk mendapatkan data diluar sampel yang di dapat di lapangan. Metode survei dilakukan dengan cara pengambilan data di lapangan melalui beberapa teknik yang selanjutnya dilaporkan hasil temuan melalui pelaporan.

 

Analisis dan Pembahasan

Kajian Teori

a.     Manajeman ekspedisi

Manajemen adalah merencanakan, mengatur, dan mempersiapkan suatu kegiatan agar berjalan dengan lancar dan tidak kurang. Sedangkan ekspedisi adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah maupun sekedar berpetualang untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara terkoordinir mulai dari pra kegiatan, kegiatan, dan pasca kegiatan.

Tiga fase dalam ekspedisi:

1)    Pra kegiatan adalah persiapan, perencanaan sebelum kegiatan berlangsung.

2)    Kegiatan

3)    Pasca kegiatan, Evaluasi kegiatan dan penyusunan kegiatan dari awal sampai akhir.

b.     Navigasi Darat

Navigasi darat adalah teknik menentukan posisi dan arah dalam suatu perjalanan baik di peta maupun pada medan yang sesungguhnya. Sedangkan navigasi sendiri adalah suatu kemampuan membaca peta dalam suatu wilayah tertentu dengan bantuan alat navigasi.

1)    Peralatan NAVDAR

a)      Peralatan NAVDAR:

(1)   Buku tulis.

(2)   Pensil

(3)   Bolpoin 4 warna

(4)   Penggaris

(5)   Peta topografi

(6)   Kompas

(7)   Busur derajat

2)    Teknik-teknik dalam NAVDAR

a)      Resection

b)      Intersection

c)      ORMED (orientasi Medan)

d)      Azimuth back azimuth

e)      Plotting

c.     Survival

Survival berasal dari kata survive yang artinya bertahan hidup, dan orang yang sedang melakukan survival disebut survivor. Sedangkan secara umum survival adalah cara atau teknik bertahan hidup seseorang di alam bebas.

  Tujuan dari survival

Tujuan dari survival adalah suatu teknik untuk mengendalikan diri atau membekali seseorang bagaimana bertahan hidup di alam bebas. Kebutuhan Dasar Survival

a)     Air

b)    Makanan

c)     Api

d)    Shelter[1]

d.     Mapping 3D

Pemetaan 3 dimensi adalah representasi data geospasial dengan menambahkan dimensi ketiga, yaitu z (ketinggian atau kedalaman). Pemetaan ini memberikan gambaran yang lebih realistis dan mendalam tentang permukaan bumi atau objek tertentu.

1)      Keunggulan peta 3D:

a)      Visualisasi yang lebih realistis

Peta 3D memberikan pengalaman visual yang lebih intuitif dan lebih mudah dipahami dibandingkan peta 2D, karena menyajikan informasi dengan perspektif yang menyerupai dunia nyata.

b)      Peningkatan analisis topografi dan elevansi

Untuk keperluan perencanaan infrastruktur, pembangunan kota, atau mitigasi bencana, peta 3D memberikan informasi yang lebih tepat mengenai bagaimana permukaan tanah berubah di wilayah tertentu.

c)      Peningkatan pemahaman terhadap lingkungan

Membantu memvisualisasikan bagaimana perubahan iklim atau kegiatan manusia dapat mempengaruhi lanskap dan ekosistem.

d)      Pemantauan perubahan lingkungan dan pembangunan

Memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu, memungkinkan pemantauan yang lebih efektif.

e)      Interaktif dan pengalaman pengguna

Peta 3D seringkali interaktif, memungkinkan pengguna untuk melakukan zoom in, rotate, atau tilt peta untuk mendapatkan perspektif yang berbeda dari suatu lokasi.

2)      Peralatan yang dibutuhkan dalam pemetaan 3D:

a)      Peta DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional)

Peta DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional) adalah peta yang menggambarkan model elevasi atau ketinggian permukaan bumi secara digital, yang dihasilkan dari data topografi. Di Indonesia, DEMNAS merupakan model data elevasi yang dikeluarkan oleh BIG (Badan Informasi Geospasial) yang menyediakan informasi tentang ketinggian permukaan tanah di seluruh wilayah Indonesia. Peta ini sangat berguna untuk berbagai keperluan, seperti perencanaan pembangunan, mitigasi bencana, penelitian geologi, hingga analisis lingkungan.

b)      GPS

GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi satelit yang digunakan untuk menentukan posisi geografis seseorang atau objek di permukaan bumi. GPS terdiri dari serangkaian satelit yang mengorbit bumi dan perangkat penerima GPS yang dapat menerima sinyal dari satelit-satelit tersebut untuk menghitung posisi secara akurat.

Fitur utama GPS antara lain posisi lokasi, navigasi, pengukuran jarak dan kecepatan, pemantauan dan pelacakan. Sedangkan komponen GPS terdiri dari satelit GPS, penerima GPS, dan stasiun pengontrol.

c)      Software QGIS (Quantum GIS)

QGIS (Quantum GIS) merupakan perangkat lunak SIG yang digunakan untuk memproses dan menganalisis data geospasial. Data geospasial adalah data yang memiliki informasi lokasi geografis, seperti peta, citra satelit, dan data sensor. Software ini memiliki beberapa keunggulan yakni tidak memerlukan spesifikasi hardware yang tinggi, tidak memerlukan lisensi karena merupakan open source, hingga dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kepentingan. QGIS memiliki dapat digunakan sebagai pengolah data spasial seperti overlay layer, menghitung luasan suatu wilayah, memberikan informasi tambahan pada suatu titik, serta merancang layout peta. Selain itu, QGIS dapat didukung GPS dengan memindahkan data yang terekam dari GPS ke komputer atau sebaliknya.[2]


Hasil penelitian

Pendakian jalur diaplikasikan sampai puncak Gunung Lawu pada ketinggian 3265 MDPL. Pendakian ini memerlukan waktu 3 hari 2 malam yang melewati 5 pos pendakian. Pada hari pertama, pendakian sampai sebelum pos 5 atau lebih tepatnya pada Bukit Ilalang sebagai tempat untuk mendirikan tenda. Sedangkan summit dilaksanakan di hari kedua pendakian, dengan start dari Bukit Ilalang hingga puncak. Setelah dari puncak, dilanjutkan perjalanan turun hingga Pos 1 untuk mendirikan tenda dan melanjutkan perjalanan hingga base camp di keesokan harinya. Maka dapat disimpulkan, bahwa pada target pendakian dengan limit minimal 3000 MDPL dan sudah diaplikasikan pada ketinggian 3265 MDPL.

Manajemen ekspedisi merupakan rancangan perencanaan perbekalan yang digunakan saat berkegiatan yang dilakukan dengan beberapa tujuan, mulai dari eksplorasi maupun survey agar perjalanan di alam bebas sesuai dengan rencana. Dalam manajemen ekspedisi mencangkup beberapa tahapan yang diantaranya tahapan perencanaan kegiatan, tahapan pelaksanaan kegiatan, dan tahapan pasca kegiatan.

Pada tahap perencanaan kegiatan, kami melakukan latihan fisik secara teratur, mencari informasi medan yang akan dilalui, mengestimasikan tim dan waktu kegiatan, mempersiapkan peralatan dan logistik yang akan dibawa, serta mempelajari ilmu yang akan diterapkan. Pada tahap pelaksanaan kegiatan, kami menentukan waktu dan tempat untuk istirahat, pergantian leader pada awal dan akhir perjalanan, menjaga kesehatan, mengambil data yang diperlukan, menghormati adat istiadat di sekitar, tetap koordinasi dan planning kepada seluruh anggota. Pada tahap pasca kegiatan, kami melaksanakan checklist dan mencuci semua peralatan, melaksanakan evaluasi, serta membuat laporan ekspedisi.

Namun, pada perencanaan kegiatan terdapat perubahan waktu kegiatan yang semula 2 hari menjadi 3 hari di lapangan. Di tahap kegiatan juga terjadi perubahan estimasi perjalanan, dari yang semula melaksanakan pendakian dan camp di Pos 5 Cokro Paninggalan namun hanya sampai pada Bukit Ilalang. Selain itu, terdapat pergantian leader pada manajemen perjalanan. Namun, kurang komunikasi terkait waktu pertukaran dan pertukaran leader terjadi sesuai dengan kondisi team. Dari manajemen tersebut, kami merasa bahwa manajemen ekspedisi yang diterapkan sudah cukup namun perlu diperbaiki mengenai estimasi waktu kegiatan serta koordinasi terkait pergantian formasi pendakian.

Navigasi darat sebagai teknik untuk menentukan posisi sebenarnya yang disesuaikan dengan posisi di peta topografi. Dalam pengaplikasian materi ini memerlukan pemahaman mengenai pembacaan peta topografi, penggunaan alat dan penentuan target yang dibidik.

Pengaplikasian navigasi darat dimulai dari Pos 1 Kerun – Kerun yang diawali dengan pembagian tugas oleh peserta yakni Haniza sebagai sketser, Muklis sebagai notulen dan Aini sebagai compasman. Sedangkan, dari Pos 2 Banyu Urip hingga Pos 3 Hutan Cemara pengaplikasian ini mengandalkan GPS dikarenakan vegetasi yang masih rapat. Dari Pos 3 Hutan Cemara hingga Pos 4 Taman Edelwaiss mengaplikasikan navigasi darat di Tanjakan Penggik Coyo dan di Pos 4 dengan pembagian tugas Haniza sebagai sketser, Aini sebagai notulen dan Muklis sebagai compasman.

Keesokan harinya, pengaplikasian navigasi darat pada Pos 5 Cokro Paninggalan dengan pembagian tugas yang sama pada hari sebelumnya. Pada pengaplikasian navigasi darat di Puncak Hargo Dumilah pengaplikasian navigasi darat dengan pembagian tugas yang berbeda, yakni yakni Muklis sebagai sketser, Aini sebagai notulen, dan Haniza sebagai compasman. Dengan penerapan teknik ini, pemahaman peserta mengenai navigasi darat dirasa sudah cukup mungkin perlunya pendalaman agar pemahaman mengenai navigasi darat lebih maksimal.

Mapping 3D merupakan teknik pemetaan/perekaman jejak menggunakan alat untuk diolah dalam bentuk data perjalanan. Teknik ini memerlukan alat pendukung untuk merekam jejak seperti GPS dan aplikasi untuk pengolahan data geospasial seperti QGIS.

QGIS (Quantum GIS) merupakan aplikasi desktop yang digunakan untuk memproses dan menganalisis data geospasial yang memiliki informasi lokasi geografis, seperti peta, citra satelit, dan data sensor. Pada teknik ini, kami menggunakan GPS sebagai alat untuk merekam jejak. Selanjutnya, data yang terekam di GPS akan dipindahkan ke perangkat (laptop) untuk diolah melalui aplikasi QGIS. Dalam perekaman jejak kami sempat terkendala kehabisan baterai GPS yang diaktifkan dari puncak hingga Pos 2. Namun, dari kendala ini bisa diperbaiki melalui Google Earth untuk melengkapi data jalur yang belum terekam.

Explore flora dan fauna yaitu teknik mengamati dan mengidentifikasi tumbuhan dan hewan di sekitar yang selanjutnya di data berdasarkan hasil yang ditemukan. Dalam pengapliaksian sepanjang jalur, kami mengamati macam – macam tumbuhan yakni bunga persicaria sagittata, parthenium hysterophorus, bunga dandelion (taraxacum officinale), lumut paku krauss, bunga daisy, bunga harendong bulu. Untuk tahapan explore yakni mengamati tumbuhan yang berada di sekitar, mendokumentasi, dan identifikasi jenis melalui aplikasi PlanNet. Terdapat temuan lain seperti feses hewan dan arca yang menjadi simbol tradisi masyarakat sekitar Gunung Lawu.


Kesimpulan

Ekspedisi gunung hutan yakni suatu kegiatan pendakian gunung yang menerapkan teknik navigasi darat, manajemen ekspedisi, survival, dan pemetaan. Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk berbagai tujuan dengan salah satunya sebagai sarana pendidikan. Pendakian gunung memiliki banyak manfaat yakni menambah ilmu pengetahuan, mengasah mental hingga melatih kekuatan fisik. Kegiatan ini memerlukan persiapan yang sangat matang dari persiapan fisik anggota tim, manajemen perjalanan & logistik, hingga administrasi. Pada penerapan di lapangan sudah sesuai manajemen di pra kegiatan meskipun terdapat beberapa kendala yang masih dipungkiri dan dapat diatasi.

Daftar Pustaka

Ashtar and Rito. 2020. STUDI INTEGRASI PENGGUNAAN QGIS DAN ARCHICAD DALAM.

Fatia Fidia Asmara. 2021. Penelitian dan Pengembangan MAPALA PASCA, “Gunung hutan.” Ponorogo: Cv. Nata Karya.


Lampiran

1.     Flora

Parthenium hysterophorus

Persicaria sinensis

Bunga Dandelion (Taraxacum officinale)

Lumut Paku Krauss

Bunga Daisy

Bunga Harendong Bulu

2.     Arca

Watu Lapak

Batu

 

3.     Veses

Veses

 

 

 

 

                

4.     Data mapping

a.     Mapping 3D

Tampak samping

Tampak depan

Tampak atas

b.     Mapping 2d dan data plotting



[1] Fatia Fidia Asmara, Penelitian dan Pengembangan MAPALA PASCA, “Gunung hutan.”

[2] Ashtar and Rito. STUDI INTEGRASI PENGGUNAAN QGIS DAN ARCHICAD DALAM. 2020.