Tuesday, July 22, 2025

BADAI DI GUNUNG RAUNG: BAGAIMANA SRIKANDI MENGHADAPI TANTANGAN ALAM

 

BADAI DI GUNUNG RAUNG: BAGAIMANA SRIKANDI 

MENGHADAPI TANTANGAN ALAM


Haniza, Latifatul Nur A’ini

antikholifatin@gmail.com, nurainilatifatul@gmail.com

Abstract

This article discusses the importance of good navigation, expedition management and mapping in the context of jungle mountaineering expeditions. These expeditions offer unique challenges that require in-depth skills and knowledge to ensure safety and travel success. Effective navigation, which includes the use of maps, compasses and understanding geographical conditions, is key to avoiding the risk of getting lost and planning efficient routes. In addition, accurate mapping assists participants in identifying resources and key points during the trip. The survival aspect is also very important, where participants must have the skills to survive in extreme conditions. By integrating reliable navigation, well-planned expedition management, and survival skills, this article aims to provide practical guidance for hikers and adventurers in undergoing jungle mountaineering expeditions more safely and successfully. The findings are expected to raise awareness of the importance of thorough preparation in facing nature's challenges.

Keywords: expedition, land navigation, mapping

Abstrak

Artikel ini membahas pentingnya navigasi, manajemen ekspedisi, dan pemetaan yang baik dalam konteks ekspedisi gunung hutan. Ekspedisi ini menawarkan tantangan unik yang memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang mendalam untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan perjalanan. Navigasi yang efektif, yang mencakup penggunaan peta, kompas, dan pemahaman kondisi geografis, menjadi kunci untuk menghindari risiko tersesat dan merencanakan rute yang efisien. Selain itu, pemetaan yang akurat membantu peserta dalam mengidentifikasi sumber daya dan titik-titik penting selama perjalanan. Aspek survival juga sangat penting, di mana peserta harus memiliki keterampilan untuk bertahan hidup dalam kondisi ekstrem. Dengan mengintegrasikan navigasi yang handal, manajemen ekspedisi yang terencana, dan keterampilan survival, artikel ini bertujuan untuk memberikan panduan praktis bagi para pendaki dan petualang dalam menjalani ekspedisi gunung hutan dengan lebih aman dan sukses. Temuan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya persiapan yang matang dalam menghadapi tantangan alam.

Kata kunci : ekspedisi, navigasi darat, pemetaan

Pendahuluan

Ekspedisi gunung hutan merupakan salah satu bentuk petualangan yang menantang dan menarik, di mana para peserta tidak hanya dituntut untuk menjelajahi keindahan alam, tetapi juga harus menghadapi berbagai tantangan yang ada di lingkungan pegunungan. Dalam konteks ini, manajemen ekspedisi yang baik menjadi sangat penting untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan perjalanan. Salah satu aspek kunci dari manajemen ekspedisi adalah navigasi, yang mencakup pemahaman tentang teknik-teknik navigasi yang efektif, penggunaan alat pemetaan, serta strategi survival yang dapat diterapkan di lapangan.

Navigasi yang baik tidak hanya melibatkan kemampuan membaca peta dan menggunakan kompas, tetapi juga memahami kondisi geografis dan cuaca yang dapat mempengaruhi perjalanan. Dalam ekspedisi gunung hutan, di mana medan sering kali sulit dan tidak terduga, keterampilan navigasi yang handal menjadi sangat penting untuk menghindari risiko tersesat dan memastikan bahwa tim dapat mencapai tujuan dengan aman. Selain itu, pemetaan yang akurat dan terkini juga berperan dalam merencanakan rute yang efisien, mengidentifikasi sumber daya yang tersedia, serta menentukan titik-titik penting seperti tempat peristirahatan dan lokasi air.

Di samping itu, aspek survival dalam ekspedisi gunung hutan tidak kalah pentingnya. Peserta harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang mungkin ekstrem, seperti cuaca buruk, kekurangan makanan, atau cedera. Dengan memadukan navigasi yang efektif, manajemen ekspedisi yang terencana, dan keterampilan survival yang memadai, para peserta dapat menjalani ekspedisi gunung hutan dengan lebih percaya diri dan aman. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai pentingnya navigasi, manajemen ekspedisi, dan pemetaan dalam konteks ekspedisi gunung hutan, serta memberikan panduan praktis untuk meningkatkan keberhasilan dan keselamatan dalam petualangan ini.Buadaya digunung seringkali mencerminkan kearifan lokal yang telah terjaga selama berabad – abad. Masyarakat yang tinggal didaerah pegunungan biasanya memiliki tradisi yang erat kaitannya dengan lingkungan mereka. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian identitas budaya, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian alam.

 

Metode

1.     Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menunjang kegiatan spesialisasi yang berlokasi di Pegunungan Raung yang akan dilakukan pendakian jalur melalui Jl. Gn. Raung, Krajan, Kec. Sumberwringin, Kab. Bondowoso, Jawa Timur.

2.     Waktu dan alat penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 – 11 Februari 2025. Alat yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua yakni peralatan tim dan peralatan pribadi. Peralatan tim meliputi tenda, cooking set, fly sheet, alat navigasi darat (peta, GPS, kompas, penggaris, papan dada, roomer & protractor). Sedangkan peralatan pribadi meliputi sleeping bag, pakaian lapangan, carrier, matras, P3K, MCK, dan sepatu.

3.     Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini yaitu dengan cara wawancara dan survei. Penelitian dilakukan dengan cara mewawancarai pihak terkait untuk mendapatkan data diluar sampel yang di dapat di lapangan. Metode survei dilakukan dengan cara pengambilan data di lapangan melalui beberapa teknik yang selanjutnya dilaporkan hasil temuan melalui pelaporan.


Analisis dan Pembahasan

Kajian Teori

a.     Manajeman ekspedisi

Manajemen adalah merencanakan, mengatur, dan mempersiapkan suatu kegiatan agar berjalan dengan lancar dan tidak kurang. Sedangkan ekspedisi adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah maupun sekedar berpetualang untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara terkoordinir mulai dari pra kegiatan, kegiatan, dan pasca kegiatan.

Tiga fase dalam ekspedisi:

1)    Pra kegiatan adalah persiapan, perencanaan sebelum kegiatan berlangsung.

2)    Kegiatan

3)    Pasca kegiatan, Evaluasi kegiatan dan penyusunan kegiatan dari awal sampai akhir.

b.     Navigasi Darat

Navigasi darat adalah teknik menentukan posisi dan arah dalam suatu perjalanan baik di peta maupun pada medan yang sesungguhnya. Sedangkan navigasi sendiri adalah suatu kemampuan membaca peta dalam suatu wilayah tertentu dengan bantuan alat navigasi.

1)    Peralatan NAVDAR

a)      Peralatan NAVDAR:

(1)   Buku tulis.

(2)   Pensil

(3)   Bolpoin 4 warna

(4)   Penggaris

(5)   Peta topografi

(6)   Kompas

(7)   Busur derajat

2)    Teknik-teknik dalam NAVDAR

a)      Resection

b)      Intersection

c)      ORMED (orientasi Medan)

d)      Azimuth back azimuth

e)      Plotting

c.     Survival

Survival berasal dari kata survive yang artinya bertahan hidup, dan orang yang sedang melakukan survival disebut survivor. Sedangkan secara umum survival adalah cara atau teknik bertahan hidup seseorang di alam bebas.

1)    Tujuan dari survival

Tujuan dari survival adalah suatu teknik untuk mengendalikan diri atau membekali seseorang bagaimana bertahan hidup di alam bebas. Kebutuhan Dasar Survival

a)     Air

b)    Makanan

c)     Api

d)    Shelter[1]

d.     Mapping 3D

Pemetaan 3 dimensi adalah representasi data geospasial dengan menambahkan dimensi ketiga, yaitu z (ketinggian atau kedalaman). Pemetaan ini memberikan gambaran yang lebih realistis dan mendalam tentang permukaan bumi atau objek tertentu.

1)      Keunggulan peta 3D:

a)      Visualisasi yang lebih realistis

Peta 3D memberikan pengalaman visual yang lebih intuitif dan lebih mudah dipahami dibandingkan peta 2D, karena menyajikan informasi dengan perspektif yang menyerupai dunia nyata.

b)      Peningkatan analisis topografi dan elevansi

Untuk keperluan perencanaan infrastruktur, pembangunan kota, atau mitigasi bencana, peta 3D memberikan informasi yang lebih tepat mengenai bagaimana permukaan tanah berubah di wilayah tertentu.

c)      Peningkatan pemahaman terhadap lingkungan

Membantu memvisualisasikan bagaimana perubahan iklim atau kegiatan manusia dapat mempengaruhi lanskap dan ekosistem.

d)      Pemantauan perubahan lingkungan dan pembangunan

Memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu, memungkinkan pemantauan yang lebih efektif.

e)      Interaktif dan pengalaman pengguna

Peta 3D seringkali interaktif, memungkinkan pengguna untuk melakukan zoom in, rotate, atau tilt peta untuk mendapatkan perspektif yang berbeda dari suatu lokasi.

2)      Peralatan yang dibutuhkan dalam pemetaan 3D:

a)      Peta DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional)

Peta DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional) adalah peta yang menggambarkan model elevasi atau ketinggian permukaan bumi secara digital, yang dihasilkan dari data topografi. Di Indonesia, DEMNAS merupakan model data elevasi yang dikeluarkan oleh BIG (Badan Informasi Geospasial) yang menyediakan informasi tentang ketinggian permukaan tanah di seluruh wilayah Indonesia. Peta ini sangat berguna untuk berbagai keperluan, seperti perencanaan pembangunan, mitigasi bencana, penelitian geologi, hingga analisis lingkungan.

b)      GPS

GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi satelit yang digunakan untuk menentukan posisi geografis seseorang atau objek di permukaan bumi. GPS terdiri dari serangkaian satelit yang mengorbit bumi dan perangkat penerima GPS yang dapat menerima sinyal dari satelit-satelit tersebut untuk menghitung posisi secara akurat.

Fitur utama GPS antara lain posisi lokasi, navigasi, pengukuran jarak dan kecepatan, pemantauan dan pelacakan. Sedangkan komponen GPS terdiri dari satelit GPS, penerima GPS, dan stasiun pengontrol.

c)      Software QGIS (Quantum GIS)

QGIS (Quantum GIS) merupakan perangkat lunak SIG yang digunakan untuk memproses dan menganalisis data geospasial. Data geospasial adalah data yang memiliki informasi lokasi geografis, seperti peta, citra satelit, dan data sensor. Software ini memiliki beberapa keunggulan yakni tidak memerlukan spesifikasi hardware yang tinggi, tidak memerlukan lisensi karena merupakan open source, hingga dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kepentingan. QGIS memiliki dapat digunakan sebagai pengolah data spasial seperti overlay layer, menghitung luasan suatu wilayah, memberikan informasi tambahan pada suatu titik, serta merancang layout peta. Selain itu, QGIS dapat didukung GPS dengan memindahkan data yang terekam dari GPS ke komputer atau sebaliknya.

 

Hasil penelitian

Pendakian jalur yang ter aplikasi hanya sampai pos ketiga yakni Batu Tulis yang memiliki ketinggian 1454 MDPL. Pengaplikasian ini terkendala badai yang terjadi terus menerus dan mengakibatkan banyak pohon tumbang. Melihat kondisi yang tidak memungkinkan untuk lanjut, kami memutuskan untuk kembali dan camp ke Pondok Ojek. Dengan melihat cuaca sekitar, jika keesokan harinya cerah maka kita akan melanjutkan perjalanan. Namun, pada keesokan harinya cuaca tetap hujan deras yang disertai angin sehingga kami memutuskan untuk menunggu sampai siang. Hingga akhirnya, kami dihimbau langsung dari pihak base camp untuk segera turun demi keselamatan pendaki.

Manajemen ekspedisi merupakan rancangan perencanaan perbekalan yang digunakan saat berkegiatan yang dilakukan dengan beberapa tujuan, mulai dari eksplorasi maupun survey agar perjalanan di alam bebas sesuai dengan rencana. Dalam manajemen ekspedisi mencangkup beberapa tahapan yang diantaranya tahapan perencanaan kegiatan, tahapan pelaksanaan kegiatan, dan tahapan pasca kegiatan.

Pada tahap perencanaan kegiatan, kami melakukan latihan fisik secara teratur, mencari informasi medan yang akan dilalui, mengestimasikan tim dan waktu kegiatan, mempersiapkan peralatan dan logistik yang akan dibawa, serta mempelajari ilmu yang akan diterapkan. Pada tahap pelaksanaan kegiatan, kami menentukan waktu dan tempat untuk istirahat, pergantian leader pada awal dan akhir perjalanan, menjaga kesehatan, mengambil data yang diperlukan, menghormati adat istiadat di sekitar, tetap koordinasi dan planning kepada seluruh anggota. Pada tahap pasca kegiatan, kami melaksanakan checklist dan mencuci semua peralatan, melaksanakan evaluasi, serta membuat laporan ekspedisi.

Namun, pada perencanaan kegiatan terdapat perubahan waktu kegiatan yang semula 2 hari menjadi 3 hari di lapangan serta perubahan jadwal berangkat ke base camp yang semula malam menjadi pagi di keesokan harinya. Di tahap kegiatan juga terjadi perubahan estimasi perjalanan, dari yang semula akan lanjut sampai pos ke empat yaitu Pondok Tonyok namun harus kembali ke Pondok Ojek dikarenakan badai yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Dari berbagai kendala tersebut, kami merasa bahwa manajemen ekspedisi yang diterapkan sudah cukup namun perlu diperbaiki mengenai estimasi waktu kegiatan serta mengecek tekanan udara dan perubahan angin di tempat kegiatan.

Navigasi darat sebagai teknik untuk menentukan posisi sebenarnya yang disesuaikan dengan posisi di peta topografi. Dalam pengaplikasian materi ini memerlukan pemahaman mengenai pembacaan peta topografi, penggunaan alat dan penentuan target yang dibidik.

Pengaplikasian navigasi darat dimulai dari Pos pertama yakni Pondok Motor yang di awali dengan pembagian tugas oleh peserta yakni Aini sebagai sketser dan notulen sedangkan Haniza sebagai kompas-man. Dikarenakan target di awal untuk navigasi darat dimulai dari Pos kedua yakni Pondok Ojek maka dari itu kami hanya mencari titik koordinat. Setelah sampai di Pondok Ojek, kami mengaplikasikan navigasi darat dengan pembagian tugas yang masih sama. Di pos ini, vegetasi masih rapat sehingga untuk mencari titik koordinat menggunakan GPS karena sulit untuk membidik titik ekstrem.

Pengaplikasian navigasi darat berlanjut hari berikutnya yakni dari Pondok Ojek ke Batu Tulis. Pada pengaplikasian ini kami melaksanakan pergantian tugas yakni Haniza sebagai sketser dan notulen sedangkan Aini sebagai kompas-man. Di sepanjang jalur antara Pondok Ojek sampai Batu Tulis kami melaksanakan navigasi darat di 3 titik dengan masing-masing titik 2 – 4 titik ekstrem. Namun, pada saat pengaplikasian navigasi darat di titik kedua kami terkena badai sehingga mengharuskan untuk melanjutkan perjalanan dan berpindah lokasi. Pada pengaplikasian ini hanya bisa membidik 2 titik ekstrem, kami masih terkena badai sehingga terkendala dalam menyeketsa di peta topografi. Setelah sampai di Batu Tulis pengaplikasian navigasi darat dapat membidik 4 titik ekstrem yakni 3 punggungan dan sungai.

Dari pengaplikasian navigasi darat yang di mulai di Pondok Motor hingga Batu Tulis, masih terkendala dalam menyeketsa dikarenakan cuaca yang kurang mendukung. Dengan penerapan teknik ini, pemahaman peserta mengenai navigasi darat dirasa sudah cukup namun dengan berbagai kendala yang di alami mungkin perlunya pendalaman agar pemahaman mengenai navigasi darat lebih maksimal.

Survival yaitu teknik bertahan hidup di alam. Pada praktik ini yang dilaksanakan yakni penerapan survival darat dimana peserta mengaplikasikan survival pengambilan air hujan dengan cara penampungan menggunakan fly sheet, botol, dan nesting. Penerapan menggunakan fly sheet yakni dengan cara memasang fly sheet yang disambung tali di setiap sudutnya dan dikaitkan ke pohon – pohon sekitar. Sehingga fly sheet terbentang dan dapat digunakan untuk menampung air. Namun pada keesokan harinya, fly sheet yang kita gunakan jatuh ke tanah yang disebabkan oleh tali – tali yang dikaitkan terputus karena tidak kuat menampung air hujan yang terlalu banyak. Sehingga, untuk air yang di ambil hanya yang tersisa. Dari penerapan ini, pemahaman peserta mengenai survival air sudah cukup namun diharapkan untuk lebih memahami teknik yang lain untuk ke depannya.

Mapping 3D merupakan teknik pemetaan/perekaman jejak menggunakan alat untuk di olah dalam bentuk data perjalanan. Teknik ini memerlukan alat pendukung untuk merekam jejak seperti GPS dan aplikasi untuk pengolahan data geospasial seperti QGIS.

QGIS (Quantum GIS) merupakan aplikasi desktop yang digunakan untuk memproses dan menganalisis data geospasial yang memiliki informasi lokasi geografis, seperti peta, citra satelit, dan data sensor. Pada teknik ini, kami menggunakan GPS sebagai alat untuk merekam jejak. Selanjutnya, data yang terekam di GPS akan dipindahkan ke perangkat (laptop) untuk di olah melalui aplikasi QGIS. Dalam perekaman jejak kami sempat terkendala dalam mengaktifkan GPS yang sempat kami non-aktifkan untuk menghemat baterai.

Explore flora dan fauna yaitu teknik mengamati dan mengidentifikasi tumbuhan dan hewan di sekitar yang selanjutnya di data berdasarkan hasil yang ditemukan. Dalam pengapliaksian sepanjang jalur, kami mengamati macam – macam tumbuhan yakni Quercus rubra, Coffea canephora, Colocasia esculenta, Tephrosia vogelii, Nephrolepis biserrate, Tillandsia usneoides. Untuk tahapan explore yakni mengamati tumbuhan yang berada di sekitar, mendokumentasi, dan identifikasi jenis melalui aplikasi PlanNet. Namun, hewan yang ditemukan hanya cacing dan pacet yang berada di sekitar tenda. Dari penerapan teknik ini, pemahaman peserta sudah dirasa cukup dan dapat menambah pengetahuan peserta.

 

Kesimpulan

Ekspedisi gunung hutan yakni suatu kegiatan pendakian gunung yang menerapkan teknik navigasi darat, manajemen ekspedisi, survival, dan pemetaan. Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk berbagai tujuan dengan salah satunya sebagai sarana pendidikan. Pendakian gunung memiliki banyak manfaat yakni menambah ilmu pengetahuan, mengasah mental hingga melatih kekuatan fisik. Kegiatan ini memerlukan persiapan yang sangat matang dari persiapan fisik anggota tim, manajemen perjalanan & logistik, hingga administrasi. Pada penerapan di lapangan terdapat tantangan kondisi badai yang mengharuskan anggota tim berpikir cepat dan tepat untuk menentukan langkah selanjutnya. Dengan melihat kondisi yang tidak memungkinkan, keputusan dari tim berputar balik demi keselamatan bersama.


Daftar Pustaka

Fatia Fidia Asmara. 2021. Penelitian dan Pengembangan MAPALA PASCA, “Gunung hutan.” Ponorogo: Cv. Nata Karya.


Lampiran

Mapping 3D

Tampak depan

Tampak atas

 

Tampak samping

Plotting

 

 

Diagram morfologi

 

Dokumentasi kegiatan

Pemberangkatan dari base camp

SOSPED

Pemberangkatan

Long march

NAVDAR Pondok Motor

Pondok Motor

ISHOMA di Batu Tulis

Survival Air

 

Flora Gunung Raung

Quercus rubra

Coffea canephora

Sechium edule

Tephrosia vogelii

Nephrolepis biserrata

Tillandsia usneoides

 



[1] Fatia Fidia Asmara, Penelitian dan Pengembangan MAPALA PASCA, “Gunung hutan.”

No comments:

Post a Comment