BADAI DI GUNUNG RAUNG: BAGAIMANA SRIKANDI
MENGHADAPI TANTANGAN ALAM
Haniza, Latifatul Nur A’ini
antikholifatin@gmail.com, nurainilatifatul@gmail.com
Abstract
This
article discusses the importance of good navigation, expedition management and
mapping in the context of jungle mountaineering expeditions. These expeditions
offer unique challenges that require in-depth skills and knowledge to ensure
safety and travel success. Effective navigation, which includes the use of
maps, compasses and understanding geographical conditions, is key to avoiding
the risk of getting lost and planning efficient routes. In addition, accurate
mapping assists participants in identifying resources and key points during the
trip. The survival aspect is also very important, where participants must have
the skills to survive in extreme conditions. By integrating reliable
navigation, well-planned expedition management, and survival skills, this
article aims to provide practical guidance for hikers and adventurers in
undergoing jungle mountaineering expeditions more safely and successfully. The
findings are expected to raise awareness of the importance of thorough
preparation in facing nature's challenges.
Keywords:
expedition, land navigation, mapping
Abstrak
Artikel
ini membahas pentingnya navigasi, manajemen ekspedisi, dan pemetaan yang baik
dalam konteks ekspedisi gunung hutan. Ekspedisi ini menawarkan tantangan unik
yang memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang mendalam untuk memastikan
keselamatan dan keberhasilan perjalanan. Navigasi yang efektif, yang mencakup
penggunaan peta, kompas, dan pemahaman kondisi geografis, menjadi kunci untuk
menghindari risiko tersesat dan merencanakan rute yang efisien. Selain itu,
pemetaan yang akurat membantu peserta dalam mengidentifikasi sumber daya dan
titik-titik penting selama perjalanan. Aspek survival juga sangat penting, di
mana peserta harus memiliki keterampilan untuk bertahan hidup dalam kondisi
ekstrem. Dengan mengintegrasikan navigasi yang handal, manajemen ekspedisi yang
terencana, dan keterampilan survival, artikel ini bertujuan untuk memberikan
panduan praktis bagi para pendaki dan petualang dalam menjalani ekspedisi
gunung hutan dengan lebih aman dan sukses. Temuan ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran akan pentingnya persiapan yang matang dalam menghadapi
tantangan alam.
Kata kunci : ekspedisi, navigasi darat, pemetaan
Pendahuluan
Ekspedisi gunung hutan merupakan salah satu bentuk
petualangan yang menantang dan menarik, di mana para peserta tidak hanya
dituntut untuk menjelajahi keindahan alam, tetapi juga harus menghadapi
berbagai tantangan yang ada di lingkungan pegunungan. Dalam konteks ini,
manajemen ekspedisi yang baik menjadi sangat penting untuk memastikan
keselamatan dan keberhasilan perjalanan. Salah satu aspek kunci dari manajemen
ekspedisi adalah navigasi, yang mencakup pemahaman tentang teknik-teknik
navigasi yang efektif, penggunaan alat pemetaan, serta strategi survival yang
dapat diterapkan di lapangan.
Navigasi yang baik tidak hanya melibatkan kemampuan
membaca peta dan menggunakan kompas, tetapi juga memahami kondisi geografis dan
cuaca yang dapat mempengaruhi perjalanan. Dalam ekspedisi gunung hutan, di mana
medan sering kali sulit dan tidak terduga, keterampilan navigasi yang handal
menjadi sangat penting untuk menghindari risiko tersesat dan memastikan bahwa
tim dapat mencapai tujuan dengan aman. Selain itu, pemetaan yang akurat dan
terkini juga berperan dalam merencanakan rute yang efisien, mengidentifikasi
sumber daya yang tersedia, serta menentukan titik-titik penting seperti tempat
peristirahatan dan lokasi air.
Di samping itu, aspek survival dalam ekspedisi gunung
hutan tidak kalah pentingnya. Peserta harus dilengkapi dengan pengetahuan dan
keterampilan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang mungkin ekstrem, seperti
cuaca buruk, kekurangan makanan, atau cedera. Dengan memadukan navigasi yang
efektif, manajemen ekspedisi yang terencana, dan keterampilan survival yang
memadai, para peserta dapat menjalani ekspedisi gunung hutan dengan lebih
percaya diri dan aman. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai pentingnya
navigasi, manajemen ekspedisi, dan pemetaan dalam konteks ekspedisi gunung
hutan, serta memberikan panduan praktis untuk meningkatkan keberhasilan dan
keselamatan dalam petualangan ini.Buadaya digunung seringkali mencerminkan
kearifan lokal yang telah terjaga selama berabad – abad. Masyarakat yang
tinggal didaerah pegunungan biasanya memiliki tradisi yang erat kaitannya
dengan lingkungan mereka. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian identitas
budaya, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya menjaga
kelestarian alam.
Metode
1. Lokasi
penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk
menunjang kegiatan spesialisasi yang berlokasi di Pegunungan Raung yang akan dilakukan
pendakian jalur melalui Jl. Gn. Raung,
Krajan, Kec. Sumberwringin, Kab. Bondowoso, Jawa Timur.
2. Waktu
dan alat penelitian
Kegiatan
penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 – 11 Februari 2025. Alat yang digunakan
dalam penelitian terbagi menjadi dua yakni peralatan tim dan peralatan pribadi.
Peralatan tim meliputi tenda, cooking set, fly sheet, alat navigasi
darat (peta, GPS, kompas, penggaris, papan dada, roomer & protractor).
Sedangkan peralatan pribadi meliputi sleeping bag, pakaian lapangan, carrier,
matras, P3K, MCK, dan sepatu.
3. Metode
penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini yaitu dengan cara wawancara dan survei. Penelitian dilakukan dengan cara mewawancarai pihak terkait untuk mendapatkan data diluar sampel yang di dapat di lapangan. Metode survei dilakukan dengan cara pengambilan data di lapangan melalui beberapa teknik yang selanjutnya dilaporkan hasil temuan melalui pelaporan.
Analisis dan
Pembahasan
Kajian Teori
a.
Manajeman
ekspedisi
Manajemen adalah merencanakan, mengatur, dan
mempersiapkan suatu kegiatan agar berjalan dengan lancar dan tidak kurang.
Sedangkan ekspedisi adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah maupun sekedar
berpetualang untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara
terkoordinir mulai dari pra kegiatan, kegiatan, dan pasca kegiatan.
Tiga
fase dalam ekspedisi:
1)
Pra
kegiatan adalah persiapan, perencanaan sebelum kegiatan berlangsung.
2) Kegiatan
3) Pasca
kegiatan, Evaluasi kegiatan dan penyusunan kegiatan dari awal sampai akhir.
b.
Navigasi
Darat
Navigasi darat adalah teknik menentukan posisi dan arah
dalam suatu perjalanan baik di peta maupun pada medan yang sesungguhnya.
Sedangkan navigasi sendiri adalah suatu kemampuan membaca peta dalam suatu
wilayah tertentu dengan bantuan alat navigasi.
1)
Peralatan
NAVDAR
a)
Peralatan NAVDAR:
(1) Buku tulis.
(2) Pensil
(3) Bolpoin 4 warna
(4) Penggaris
(5) Peta topografi
(6) Kompas
(7) Busur derajat
2) Teknik-teknik dalam NAVDAR
a)
Resection
b)
Intersection
c)
ORMED
(orientasi Medan)
d)
Azimuth back azimuth
e)
Plotting
c. Survival
Survival berasal dari kata survive yang artinya
bertahan hidup, dan orang yang sedang melakukan survival disebut survivor.
Sedangkan secara umum survival adalah cara atau teknik bertahan hidup
seseorang di alam bebas.
1) Tujuan
dari survival
Tujuan dari survival adalah suatu teknik untuk
mengendalikan diri atau membekali seseorang bagaimana bertahan hidup di alam
bebas. Kebutuhan Dasar Survival
a) Air
b) Makanan
c) Api
d) Shelter[1]
d.
Mapping 3D
Pemetaan 3 dimensi adalah representasi data geospasial
dengan menambahkan dimensi ketiga, yaitu z (ketinggian atau kedalaman).
Pemetaan ini memberikan gambaran yang lebih realistis dan mendalam tentang
permukaan bumi atau objek tertentu.
1) Keunggulan
peta 3D:
a) Visualisasi
yang lebih realistis
Peta 3D memberikan pengalaman visual yang lebih
intuitif dan lebih mudah dipahami dibandingkan peta 2D, karena menyajikan
informasi dengan perspektif yang menyerupai dunia nyata.
b) Peningkatan
analisis topografi dan elevansi
Untuk keperluan
perencanaan infrastruktur, pembangunan kota, atau mitigasi bencana, peta 3D
memberikan informasi yang lebih tepat mengenai bagaimana permukaan tanah
berubah di wilayah tertentu.
c) Peningkatan
pemahaman terhadap lingkungan
Membantu
memvisualisasikan bagaimana perubahan iklim atau kegiatan manusia dapat
mempengaruhi lanskap dan ekosistem.
d) Pemantauan
perubahan lingkungan dan pembangunan
Memberikan gambaran yang
lebih akurat mengenai perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu, memungkinkan
pemantauan yang lebih efektif.
e) Interaktif
dan pengalaman pengguna
Peta
3D seringkali interaktif, memungkinkan pengguna untuk melakukan zoom in,
rotate, atau tilt peta untuk mendapatkan perspektif yang berbeda dari suatu
lokasi.
2) Peralatan yang dibutuhkan dalam pemetaan 3D:
a) Peta DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional)
Peta DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional)
adalah peta yang menggambarkan model elevasi atau ketinggian permukaan bumi
secara digital, yang dihasilkan dari data topografi. Di Indonesia, DEMNAS
merupakan model data elevasi yang dikeluarkan oleh BIG (Badan Informasi
Geospasial) yang menyediakan informasi tentang ketinggian permukaan tanah di
seluruh wilayah Indonesia. Peta ini sangat berguna untuk berbagai keperluan,
seperti perencanaan pembangunan, mitigasi bencana, penelitian geologi, hingga
analisis lingkungan.
b)
GPS
GPS (Global
Positioning System) adalah sistem navigasi satelit yang digunakan untuk
menentukan posisi geografis seseorang atau objek di permukaan bumi. GPS terdiri
dari serangkaian satelit yang mengorbit bumi dan perangkat penerima GPS yang
dapat menerima sinyal dari satelit-satelit tersebut untuk menghitung posisi
secara akurat.
Fitur utama GPS antara
lain posisi lokasi, navigasi, pengukuran jarak dan kecepatan, pemantauan dan
pelacakan. Sedangkan komponen GPS terdiri dari satelit GPS, penerima GPS, dan
stasiun pengontrol.
c) Software
QGIS (Quantum GIS)
QGIS (Quantum GIS) merupakan perangkat lunak SIG yang
digunakan untuk memproses dan menganalisis data geospasial. Data geospasial
adalah data yang memiliki informasi lokasi geografis, seperti peta, citra
satelit, dan data sensor. Software ini memiliki beberapa keunggulan yakni tidak
memerlukan spesifikasi hardware yang tinggi, tidak memerlukan lisensi karena
merupakan open source, hingga dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan
kepentingan. QGIS memiliki dapat digunakan sebagai pengolah data spasial seperti
overlay layer, menghitung luasan suatu wilayah, memberikan informasi tambahan
pada suatu titik, serta merancang layout peta. Selain itu, QGIS dapat didukung
GPS dengan memindahkan data yang terekam dari GPS ke komputer atau sebaliknya.
Hasil penelitian
Pendakian jalur yang ter aplikasi hanya sampai pos ketiga
yakni Batu Tulis yang memiliki ketinggian 1454 MDPL. Pengaplikasian ini
terkendala badai yang terjadi terus menerus dan mengakibatkan banyak pohon
tumbang. Melihat kondisi yang tidak memungkinkan untuk lanjut, kami memutuskan
untuk kembali dan camp ke Pondok Ojek. Dengan melihat cuaca sekitar,
jika keesokan harinya cerah maka kita akan melanjutkan perjalanan. Namun, pada
keesokan harinya cuaca tetap hujan deras yang disertai angin sehingga kami
memutuskan untuk menunggu sampai siang. Hingga akhirnya, kami dihimbau langsung
dari pihak base camp untuk segera turun demi keselamatan pendaki.
Manajemen ekspedisi merupakan rancangan perencanaan
perbekalan yang digunakan saat berkegiatan yang dilakukan dengan beberapa
tujuan, mulai dari eksplorasi maupun survey agar perjalanan di alam bebas
sesuai dengan rencana. Dalam manajemen ekspedisi mencangkup beberapa tahapan
yang diantaranya tahapan perencanaan kegiatan, tahapan pelaksanaan kegiatan,
dan tahapan pasca kegiatan.
Pada tahap perencanaan kegiatan, kami melakukan latihan
fisik secara teratur, mencari informasi medan yang akan dilalui,
mengestimasikan tim dan waktu kegiatan, mempersiapkan peralatan dan logistik
yang akan dibawa, serta mempelajari ilmu yang akan diterapkan. Pada tahap
pelaksanaan kegiatan, kami menentukan waktu dan tempat untuk istirahat,
pergantian leader pada awal dan akhir perjalanan, menjaga kesehatan, mengambil
data yang diperlukan, menghormati adat istiadat di sekitar, tetap koordinasi
dan planning kepada seluruh anggota. Pada tahap pasca kegiatan, kami
melaksanakan checklist dan mencuci semua peralatan, melaksanakan
evaluasi, serta membuat laporan ekspedisi.
Namun, pada perencanaan kegiatan terdapat perubahan waktu
kegiatan yang semula 2 hari menjadi 3 hari di lapangan serta perubahan jadwal
berangkat ke base camp yang semula malam menjadi pagi di keesokan
harinya. Di tahap kegiatan juga terjadi perubahan estimasi perjalanan, dari
yang semula akan lanjut sampai pos ke empat yaitu Pondok Tonyok namun harus
kembali ke Pondok Ojek dikarenakan badai yang tidak memungkinkan untuk
melanjutkan perjalanan. Dari berbagai kendala tersebut, kami merasa bahwa
manajemen ekspedisi yang diterapkan sudah cukup namun perlu diperbaiki mengenai
estimasi waktu kegiatan serta mengecek tekanan udara dan perubahan angin di
tempat kegiatan.
Navigasi darat sebagai teknik untuk menentukan posisi
sebenarnya yang disesuaikan dengan posisi di peta topografi. Dalam
pengaplikasian materi ini memerlukan pemahaman mengenai pembacaan peta
topografi, penggunaan alat dan penentuan target yang dibidik.
Pengaplikasian navigasi darat dimulai dari Pos pertama
yakni Pondok Motor yang di awali dengan pembagian tugas oleh peserta yakni Aini
sebagai sketser dan notulen sedangkan Haniza sebagai kompas-man.
Dikarenakan target di awal untuk navigasi darat dimulai dari Pos kedua yakni
Pondok Ojek maka dari itu kami hanya mencari titik koordinat. Setelah sampai di
Pondok Ojek, kami mengaplikasikan navigasi darat dengan pembagian tugas yang
masih sama. Di pos ini, vegetasi masih rapat sehingga untuk mencari titik koordinat
menggunakan GPS karena sulit untuk membidik titik ekstrem.
Pengaplikasian navigasi darat berlanjut hari berikutnya
yakni dari Pondok Ojek ke Batu Tulis. Pada pengaplikasian ini kami melaksanakan
pergantian tugas yakni Haniza sebagai sketser dan notulen sedangkan Aini
sebagai kompas-man. Di sepanjang jalur antara Pondok Ojek sampai Batu
Tulis kami melaksanakan navigasi darat di 3 titik dengan masing-masing titik 2
– 4 titik ekstrem. Namun, pada saat pengaplikasian navigasi darat di titik
kedua kami terkena badai sehingga mengharuskan untuk melanjutkan perjalanan dan
berpindah lokasi. Pada pengaplikasian ini hanya bisa membidik 2 titik ekstrem,
kami masih terkena badai sehingga terkendala dalam menyeketsa di peta
topografi. Setelah sampai di Batu Tulis pengaplikasian navigasi darat dapat
membidik 4 titik ekstrem yakni 3 punggungan dan sungai.
Dari pengaplikasian navigasi darat yang di mulai di
Pondok Motor hingga Batu Tulis, masih terkendala dalam menyeketsa dikarenakan
cuaca yang kurang mendukung. Dengan penerapan teknik ini, pemahaman peserta
mengenai navigasi darat dirasa sudah cukup namun dengan berbagai kendala yang
di alami mungkin perlunya pendalaman agar pemahaman mengenai navigasi darat
lebih maksimal.
Survival
yaitu teknik bertahan hidup di alam. Pada praktik ini yang dilaksanakan yakni
penerapan survival darat dimana peserta mengaplikasikan survival pengambilan
air hujan dengan cara penampungan menggunakan fly sheet, botol, dan
nesting. Penerapan menggunakan fly sheet yakni dengan cara memasang fly
sheet yang disambung tali di setiap sudutnya dan dikaitkan ke pohon – pohon
sekitar. Sehingga fly sheet terbentang dan dapat digunakan untuk
menampung air. Namun pada keesokan harinya, fly sheet yang kita gunakan
jatuh ke tanah yang disebabkan oleh tali – tali yang dikaitkan terputus karena
tidak kuat menampung air hujan yang terlalu banyak. Sehingga, untuk air yang di
ambil hanya yang tersisa. Dari penerapan ini, pemahaman peserta mengenai
survival air sudah cukup namun diharapkan untuk lebih memahami teknik yang lain
untuk ke depannya.
Mapping 3D
merupakan teknik pemetaan/perekaman jejak menggunakan alat untuk di olah dalam
bentuk data perjalanan. Teknik ini memerlukan alat pendukung untuk merekam
jejak seperti GPS dan aplikasi untuk pengolahan data geospasial seperti QGIS.
QGIS (Quantum GIS) merupakan aplikasi desktop yang
digunakan untuk memproses dan menganalisis data geospasial yang memiliki
informasi lokasi geografis, seperti peta, citra satelit, dan data sensor. Pada
teknik ini, kami menggunakan GPS sebagai alat untuk merekam jejak. Selanjutnya,
data yang terekam di GPS akan dipindahkan ke perangkat (laptop) untuk di olah
melalui aplikasi QGIS. Dalam perekaman jejak kami sempat terkendala dalam
mengaktifkan GPS yang sempat kami non-aktifkan untuk menghemat baterai.
Explore
flora dan fauna yaitu teknik mengamati dan mengidentifikasi tumbuhan dan hewan
di sekitar yang selanjutnya di data berdasarkan hasil yang ditemukan. Dalam
pengapliaksian sepanjang jalur, kami mengamati macam – macam tumbuhan yakni Quercus
rubra, Coffea canephora, Colocasia esculenta, Tephrosia vogelii, Nephrolepis
biserrate, Tillandsia usneoides. Untuk tahapan explore yakni
mengamati tumbuhan yang berada di sekitar, mendokumentasi, dan identifikasi
jenis melalui aplikasi PlanNet. Namun, hewan yang ditemukan hanya cacing
dan pacet yang berada di sekitar tenda. Dari penerapan teknik ini, pemahaman
peserta sudah dirasa cukup dan dapat menambah pengetahuan peserta.
Kesimpulan
Ekspedisi gunung hutan yakni suatu kegiatan pendakian gunung
yang menerapkan teknik navigasi darat, manajemen ekspedisi, survival, dan
pemetaan. Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk berbagai tujuan dengan salah
satunya sebagai sarana pendidikan. Pendakian gunung memiliki banyak manfaat
yakni menambah ilmu pengetahuan, mengasah mental hingga melatih kekuatan fisik.
Kegiatan ini memerlukan persiapan yang sangat matang dari persiapan fisik
anggota tim, manajemen perjalanan & logistik, hingga administrasi. Pada
penerapan di lapangan terdapat tantangan kondisi badai yang mengharuskan
anggota tim berpikir cepat dan tepat untuk menentukan langkah selanjutnya.
Dengan melihat kondisi yang tidak memungkinkan, keputusan dari tim berputar
balik demi keselamatan bersama.
Daftar Pustaka
Fatia Fidia Asmara. 2021. Penelitian dan Pengembangan MAPALA PASCA, “Gunung hutan.” Ponorogo: Cv. Nata Karya.
Lampiran
Mapping 3D
Tampak depan |
Tampak atas |
Tampak samping
Plotting |
Diagram morfologi |
Dokumentasi kegiatan
Pemberangkatan dari
base camp |
SOSPED |
|
Pemberangkatan |
Long
march |
|
NAVDAR Pondok Motor |
Pondok Motor |
|
ISHOMA di Batu
Tulis |
Survival Air |
|
Flora Gunung Raung
Quercus
rubra |
Coffea
canephora |
Sechium
edule |
Tephrosia
vogelii |
Nephrolepis
biserrata |
Tillandsia
usneoides |
No comments:
Post a Comment