Wednesday, October 30, 2024

SPESIALISASI ROCK CLIMBING SEBAGAI SARANA OLAHRAGA DAN PEMANTAPAN MATERI

 

SPESIALISASI ROCK CLIMBING SEBAGAI SARANA OLAHRAGA DAN PEMANTAPAN MATERI

Muklis Aprianto, Ahmad Sulkeni, Isna Rohmatul Umma, Feriza Kumala Ningsih

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

takyagenji055@gmail.com, ahmadsulkeni2@gmail.com, isnarohmatul45@gmail.com,

 

Abstrak

Artikel ini membahas tentang spesialisasi panjat tebing (rock climbing) sebagai sarana olahraga dan pemantapan materi pelatihan fisik dan mental. Panjat tebing merupakan olahraga yang menggabungkan kekuatan, ketahanan, kelincahan, dan fokus, sehingga efektif dalam meningkatkan performa fisik serta mental. Selain sebagai sarana olahraga yang menantang, panjat tebing juga berperan penting dalam memperkuat keterampilan motorik, keseimbangan, dan strategi pemecahan masalah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan menggunakan strategi studi kasus. Selain itu Artikel ini juga menekankan manfaat panjat tebing dalam konteks pendidikan dan pelatihan, di mana peserta dapat memanfaatkan aktivitas ini untuk memantapkan pemahaman dan keterampilan yang relevan, baik dalam olahraga maupun pengembangan diri secara keseluruhan.

Kata kunci: Panjat tebing, olahraga, pemantapan materi

 

Abstract

This article discusses the specialization of rock climbing as a means of exercise and strengthening physical and mental training material. Rock climbing is a sport that combines strength, endurance, agility and focus, making it effective in improving physical and mental performance. Apart from being a challenging sport, rock climbing also plays an important role in strengthening motor skills, balance and problem-solving strategies. The method used in this research is a qualitative method using a case study strategy. Apart from that, this article also emphasizes the benefits of rock climbing in the context of education and training, where participants can take advantage of this activity to strengthen relevant understanding and skills, both in sport and overall personal development.

Key words: rock climbing, sport, material strengthening

 

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

UKM MAPALA PASCA merupakan organisasi intra kampus yang berada dibawah naungan Republik Mahasiswa (RM) IAIN Ponorogo. UKM MAPALA PASCA berdiri sejak tanggal 13 Mei 1995 sampai saat ini dengan mengangkat nama MAPALA PASCA sebagai singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) dan Persaudaraan Mahasiswa Solidaritas Pecinta Alam (PASCA). Sebagai organisasi yang bergerak pecinta alam, kegiatan MAPALA PASCA bertujuan untuk pelestarian alam adapun lain dari itu MAPALA PASCA juga sebagai wadah pengembangan minat dan bakat anggota dibidang olahraga.

Untuk menambah wawasan anggota MAPALA PASCA mengadakan serangkaian pendidikan yang merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti setiap anggota. Mulai dari Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR) dan Pendidikan Lanjutan (DIKJUT). Pendidikan Lanjutan (DIKJUT) dilakukan dengan menyelesaikan lima divisi antara lain Divisi Gunung Hutan (GH), Divisi Pelestarian Lingkungan dan Pengabdian Masyarakat (PLPM), Divisi Rock Climbing (RC), Divisi Susur Gua (Caving), Divisi Olahraga Arus Deras (ORAD. Semua kegiataan tersebut adalah kegiatan yang wajib diikuti oleh anggota untuk mempelajari tentang manajemen organisasi sampai dengan safety procedure saat berkegiatan di alam bebas.

Selain untuk meningkatkan keilmuan, pendidikan tersebut juga sebagai salah satu syarat kenaikan jenjang bagi anggota. Dimana nantinya Anggota Muda (AM) yang telah menyelesaikan seluruh DIKJUT wajib melaksanakan Spesialisasi yaitu dengan memilih salah satu divisi yang ada di MAPALA PASCA sebagai fokus utama keilmuanyang ingin dipelajari lebih dalam. Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) ini diajukan sebagai syarat untuk kenaikan jenjang selanjutnya yaitu AB (Anggota Biasa). Dengan adanya LPJ spesalisasi maka akan ada penerus anggota untuk menjalankan organisasi. Selain itu, diharapkan mampu memahami lebih dalam mengenai ilmu dialam bebas maupun arti tingkatan scraf tersebut. Karena Anggota Biasa yang ruang lingkup dapat dikatakan besar dan penggerak organisasi maka dapat dicontohkan sebagai pembelajaran untuk generasi selanjutnya.

B.  Tinjauan Pustaka

Kegiatan rock climbing dalam konteks Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) merupakan salah satu aktivitas yang tidak hanya menantang fisik, tetapi juga mental. Menurut Purnomo dan Sari (2021), rock climbing dapat meningkatkan keterampilan problem-solving, ketahanan fisik, serta kepercayaan diri mahasiswa. Aktivitas ini juga mengedukasi anggota mengenai pentingnya keselamatan dan teknik yang benar dalam pendakian, seperti yang dijelaskan oleh Rahmawati (2019), yang menekankan bahwa pelatihan yang baik dalam rock climbing dapat mencegah cedera dan meningkatkan pengalaman pendaki. Selain itu, penelitian oleh Nugroho (2020) menunjukkan bahwa kegiatan ini memperkuat rasa kebersamaan dan kerja sama di antara anggota Mapala, yang berkontribusi pada pengembangan soft skills. Dengan demikian, rock climbing tidak hanya berfungsi sebagai olahraga ekstrem, tetapi juga sebagai sarana pengembangan karakter dan kolaborasi. Spesialisasi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam dampak kegiatan rock climbing terhadap pembentukan karakter dan keterampilan sosial anggota MAPALA.

C.  Tujuan Spesialisasi

Spesialisasi ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak kegiatan rock climbing dalam organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) terhadap pengembangan keterampilan dan karakter anggota. Secara spesifik, spesialisasi ini ingin mengidentifikasi bagaimana aktivitas rock climbing dapat meningkatkan ketahanan fisik, kepercayaan diri, serta kemampuan kerja sama antar anggota. Selain itu, spesialisasi ini juga bertujuan untuk menganalisis peran rock climbing dalam membentuk kesadaran keselamatan dan teknik yang tepat, serta dampaknya terhadap hubungan sosial di antara anggota. Dengan memahami berbagai aspek ini, diharapkan spesialisasi ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai nilai pendidikan dan pengembangan diri yang terkandung dalam kegiatan rock climbing di MAPALA.

D.  Pertanyaan Spesialisasi

Spesialisasi ini akan berfokus pada beberapa pertanyaan utama terkait kegiatan rock climbing di Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA).

1.    Bagaimana kegiatan rock climbing mempengaruhi pengembangan keterampilan fisik dan mental anggota?

2.    Apa saja dampak kegiatan ini terhadap pembentukan rasa percaya diri dan ketahanan diri di kalangan anggota MAPALA?

3.    Bagaimana rock climbing berkontribusi pada kemampuan kerja sama dan komunikasi antar anggota selama kegiatan berlangsung?

4.    Sejauh mana pemahaman anggota tentang keselamatan dan teknik yang benar dalam rock climbing meningkat setelah mengikuti kegiatan ini?

Melalui pertanyaan-pertanyaan ini, diharapkan spesialisasi dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang nilai pendidikan dan pengembangan karakter yang dihasilkan dari kegiatan rock climbing dalam organisasi MAPALA.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan strategi studi kasus. Dengan demikian, penelitian ini memungkinkan peneliti untuk menggali secara mendalam makna dan pengalaman subjek penelitian dalam konteks yang spesifik. Partisipan dan lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan bantuan informan kunci. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan analisis dokumen untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif. Penggunaan metode studi kasus kualitatif dalam penelitian ini sangat tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang kompleks dan spesifik terkait dengan judul yang diajukan. Dengan menggali secara mendalam pengalaman para rock climber di tebing Trenggalek, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam memahami hubungan antara olahraga, pembelajaran, dan konteks lokal.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dulunya dianggap sebagai hobi yang tidak konvensional dan berbahaya, panjat tebing kini semakin menjadi tren. Semakin banyak penelitian yang dilakukan mengenai manfaat olahraga ini. Tuntutan fisik dan mentalnya yang unik telah lama membangkitkan minat di sebagian besar masyarakat; dengan popularitasnya yang meningkat akhir-akhir ini, para peneliti tertarik untuk menguraikan betapa bermanfaatnya olahraga ini. Rock climbing merupakan salah satu bagian dari kegiatan Mountaineering yang paling penting, yang sangat memerlukan keahlian mendaki dan memanjat tebing batu yang terjal, kemampuan dalam menganalisa yang tinggi, mental baja, serta ketahanan fisik yang besar. Secara etimologis Rock Climbing terdiri dari dua kata yaitu Rock dan climbing. Rock berarti batuan dan Climbing berarti pemanjatan. Jadi Rock climbing yaitu teknik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan, baik tonjolan maupun rekahan yang mempunyai kemiringan tebing lebih dari 70°

Etika dalam Pemanjatan Pada dasarnya Pemanjat Tebing dimanapun itu paling alergi dengan peraturan-peraturan yang resmi. Inilah uniknya dari olahraga yang satu ini, olahraga ini tidak membutuhkan aturan tertulis dibandingkan dengan olahraga yang lain. Namun pada perkembangannya ketika panjat dinding mulai berkembang menyamai olahraga panjat tebing alam sehingga diperlukan aturan yang tertulis. Untuk itu di bentuk aturan tersebut dibuat dan disesuaikan dengan kondisinya. Maka diciptakan kata Kode Etik yang merupakan adaptasi dari kata peraturan. Secara umum etika pemanjatan sama dengan etika-etika dalam penjelajahan alam lain seperti, Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar, Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak, Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu. Secara khusus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut, Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat, Menjaga kelestarian alam, Merintis jalur baru, Memanjat jalur bernama, Pemberian nama jalur, Memberi keamanan bagi pemanjat lain

Teknik dasar pemanjatan Prinsip dasar memanjat adalah memiliki keseimbangan dan 4 titik kontak yang dominan digunakan dalam bergerak yaitu dua tangan dan dua kaki. Hal ini memungkinkan tubuh kita dalam posisi yang seimbang ketika bergerak. Teknik pemanjatan yang pertama yaitu Free Climbing, upaya melakukan gerakan memanjat hanya menggunakan tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya memanfaatkan cacat batuan untuk dijadikan pegangan atau pijakan. Pengaman berfungsi hanya ketika pemanjat jatuh atau berhenti menambat. Yang kedua Free Soloing, climber menghadapi segala resiko seorang diri yang dalam pergerakannya tidak memerlukan bantuan peralatan pengaman. Untuk melakukan pemanjatan ini climber harus mengetahui segala bentuk rintanganatau bentuk pergerakan yang akan dilakukanpada rute yang akan dilalui. Yang ketiga Aid Climbing, populer di Indonesia dengan istilah Artificial Climbing, kebalikan dari free climbing dimana pemanjat memanfaatkan pengaman yang dipasang sebagai alat bantu menambah ketinggian.

Ada beberapa alat yang digunakan untuk pemanjatan seperti Karmentle, Harness, Carabiner oval screw, Figur of eight, Helm, Sarung tangan, Sepatu panjat, Chalk bag, Runner, Prusik, Matras. Alat-alat sebagai pengaman yang penting untuk menjaga keselamatan pemanjat untuk mendapatkan prestasi yang tinggi, seseorang perlu dilatih kemampuan fisik dan psikisnya. Kemampuan fisik yang dimaksud di sini adalah komponen komponen fisik yang dapat mendukung prestasi atlet. Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik harus lah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Gambar 1 Pengaplikasian pemanjatan

Banyak keindahan dalam berkegiatan Panjat Tebing (Rock Climbing), seperti keindahan alam, kelenturan, postur tubuh dan masih banyak lagi. Penuh kesenangan dan kadang membuat frustrasi. Sebagaimana kegiatan outdoor lainnya, panjat tebing juga dapat menimbulkan berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan hidup, tetapi tidak terlalu siginifikan. Ada juga penambahan fasilitas wisata alam seperti penginapan atau sarana menjadi suatu daya tarik yang bagus bagi para pemanjat. Dalam perkembangannya, panjat tebing kini dijadikan sebagai event tahunan seperti pengibaran bendera dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia dan juga ajang perlombaan internasioal.

1.      Pengaruh Rock Climbing pada Pengembangan Keterampilan Fisik dan Mental Anggota

Rock climbing atau panjat tebing secara signifikan meningkatkan keterampilan fisik dan mental para anggotanya. Dari sisi fisik, kegiatan ini mengembangkan kekuatan otot tubuh bagian atas, inti, serta kaki. Selain itu, rock climbing meningkatkan fleksibilitas, keseimbangan, dan ketahanan kardiovaskular. Anggota harus mampu mengoordinasikan gerakan tubuh dengan baik untuk menjaga stabilitas di medan yang sulit.

Secara mental, rock climbing mengasah konsentrasi, pemecahan masalah, dan manajemen stres. Setiap rute panjat mengharuskan pendaki untuk berpikir kritis, memilih pijakan yang tepat, dan mengatur ritme pernapasan agar tidak cepat lelah. Menghadapi tantangan di tebing juga melatih keberanian dan kemampuan untuk mengatasi rasa takut akan ketinggian atau jatuh.

2.      Dampak Rock Climbing terhadap Pembentukan Rasa Percaya Diri dan Ketahanan Diri di Kalangan Anggota MAPALA

Kegiatan rock climbing memiliki dampak yang signifikan terhadap pembentukan rasa percaya diri dan ketahanan diri anggota MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam). Dalam panjat tebing, pencapaian setiap rute yang sulit memberikan perasaan pencapaian dan keberhasilan, yang secara langsung meningkatkan kepercayaan diri. Kesuksesan ini mendorong anggota untuk terus mencoba tantangan baru dan keluar dari zona nyaman mereka.

Selain itu, rock climbing melatih ketahanan mental karena anggota MAPALA harus terus beradaptasi dan mengatasi tantangan fisik yang berat serta kondisi alam yang tak terduga. Menghadapi kesulitan saat panjat, seperti menemukan pijakan yang aman, atau mengelola rasa lelah, membangun kemampuan untuk menghadapi tekanan dan ketidakpastian dengan lebih tenang dan fokus.

3.      Kontribusi Rock Climbing pada Kemampuan Kerja Sama dan Komunikasi Antar Anggota

Rock climbing bukan hanya soal keterampilan individu, tetapi juga melibatkan kerja sama tim yang kuat, terutama dalam jenis panjat seperti trad climbing dan lead climbing, di mana pendaki bergantung pada belayer (orang yang menjaga tali pengaman). Kepercayaan dan komunikasi yang baik antara pendaki dan belayer sangat penting untuk menjaga keselamatan selama kegiatan berlangsung.

Kegiatan ini mendorong anggota untuk saling mendukung, berkomunikasi dengan jelas tentang strategi, memberi instruksi atau peringatan, serta berbagi pengalaman tentang rute yang dihadapi. Kerja sama yang efektif selama panjat tebing menciptakan sinergi dan mempererat ikatan antara anggota, sekaligus mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik.

 

4.      Peningkatan Pemahaman tentang Keselamatan dan Teknik yang Benar dalam Rock Climbing

Setelah mengikuti kegiatan rock climbing, pemahaman anggota tentang keselamatan dan teknik pendakian yang benar biasanya meningkat secara signifikan. Melalui pelatihan intensif dan pengalaman di lapangan, anggota belajar mengenai penggunaan peralatan seperti harness, tali, dan carabiner, serta cara memastikan mereka terpasang dengan benar.

Selain itu, mereka juga belajar tentang teknik-teknik dasar seperti anchor building, belaying, serta manajemen risiko dalam menghadapi medan yang sulit. Kesadaran akan pentingnya keselamatan semakin meningkat karena setiap anggota tahu bahwa kesalahan kecil bisa berakibat fatal. Pemahaman ini akan memperkuat disiplin dalam mengikuti prosedur keselamatan, baik saat pendakian individu maupun dalam tim.

KESIMPULAN

Rock climbing, yang dulunya dianggap sebagai hobi berbahaya, kini semakin populer dan diakui sebagai olahraga yang bermanfaat. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan keterampilan fisik, seperti kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanan kardiovaskular, tetapi juga mengasah kemampuan mental, termasuk konsentrasi dan manajemen stres. Selain itu, kegiatan ini membangun rasa percaya diri dan ketahanan mental, terutama di kalangan anggota MAPALA, dengan menghadapi tantangan yang sulit. Kerja sama dan komunikasi antar anggota juga sangat penting, terutama dalam memastikan keselamatan selama pendakian. Melalui pelatihan dan pengalaman, anggota menjadi lebih memahami teknik yang benar dan pentingnya keselamatan dalam rock climbing. Dengan demikian, rock climbing tidak hanya memperkaya pengalaman individu, tetapi juga memperkuat hubungan sosial dan kesadaran akan lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA

https://sinmawa.unud.ac.id/posts/serunya-mengenal-panjat-tebing#:~:text=Panjat%20Tebing%20atau%20istilah%20asingnya,dan%20keseimbangan%20dengan%20control%20mental

Ixdiana, Tedi. (2014). Sekolah Pan jat Tebing Merah Putih Indonesian. Bandung: Expedition.

Harsuki. 2003. Pembinaan Peningkatan Kondisi Fisik. Jakarta: KONI Jakarta.

https://cerdasku.academia.edu/AhmadDhurulIzaA?swp=tc-au-37014710.

David Huddart, Tim Stott-Outdoor Recreation_ Environmental Impacts and Management-Springer International Publishing_Palgrave Macmillan (2019).

Dewi Zulaikah, Rock Climbing, CV: Nata Karya, IAIN Ponorogo: 2021

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12773/memahami-metode-penelitian-kualitatif

 

No comments:

Post a Comment