Thursday, October 31, 2024

PEMETAAN GUA OMBO NGASEM KAWASAN KARST PACITAN

PEMETAAN GUA OMBO NGASEM KAWASAN KARST PACITAN 

Hayyin Maghfiroh, Rasita Sukmawati

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

hayyinma46@gmail.com, rasitasukmawati81@gmail.com

 

ABSTRACT

          This research aims to map the Ombo Ngasem Cave which is located in the Pacitan karst area. Cave mapping is an important effort in cave documentation, which helps understand cave morphology and the surrounding environment. The research was conducted using a field survey direction with a top to bottom measurement technique and a survey direction method using the forward method. The data obtained was processed using Excel and software such as Survex and Corel Draw which helped visualize cave details. Mapping results show that Ombo Ngasem Cave has a main passage that leads to the west. It is hoped that this cave map can be a reference for researchers and nature activists in carrying out further exploration.

Keywords: cave mapping, cave map, ombo ngasem cave.

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan Gua Ombo Ngasem yang terletak di kawasan karst Pacitan. Pemetaan gua merupakan upaya penting dalam dokumentasi gua, yang membantu memahami morfologi gua dan lingkungan sekitarnya. Penelitian dilakukan menggunakan arah survei lapangan dengan teknik pengukuran top to bottom dan metode arah survei menggunakan forward method. Data yang diperoleh diolah menggunakan excel serta perangkat lunak seperti survex dan corel draw yang membantu visualisasi detail gua. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa Gua Ombo Ngasem memiliki lorong utama yang mengarah ke barat. Peta gua ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi peneliti dan penggiat alam dalam melakukan eksplorasi lebih lanjut.

Kata kunci: pemetaan gua, peta gua, gua ombo ngasem.


PENDAHULUAN

Kawasan karst sering dianggap sebagai kawasan yang sering mengalami kekeringan padahal memiliki sumberdaya air yang melimpah di bawah permukaan. Kawasan karst memiliki ciri khas yakni memiliki sistem perguaan yang biasanya diikuti dengan adanya aliran air yang mengaliri lorong tersebut. Dalam morfologi karst terdapat dua buah bentukan, yaitu eksokars dan endokars. Eksokars merupakan bentuk morfologi topografi wilayah karst yang berada di permukaan. Sedangkan endokarst merupakan bentukan-bentuk morfologi relief karst yang berada di bawah permukaan (Wardani Putri 2008). Gua merupakan salah satu contoh dari morfologi endokarst.

Menurut jenis lorongnya, gua dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu gua vertikal dan horizontal. Gua vertikal adalah jenis gua dengan mulut gua yang berorientasi secara vertikal atau tegak. Biasanya, gua ini terbentuk melaluin proses erosi dan pengikisan oleh air yang mengalir ke bawah sehingga menciptakan ruang yang dalam. Sedangkan gua horizontal adalah jenis gua yang memiliki mulut gua yang cenderung mendatar. Gua ini terbentuk melalui proses erosi air yang lebih menyebar dan tidak terlalu dalam. Gua horizontal cenderung memiliki ruang yang luas dan dapat memiliki banyak cabang yang menyebar ke samping.

Gua horizontal memiliki lorong panjang dan berkelok sehingga sering kali menimbulkan kesulitan dan kebingungan dalam kegiatan survei dan eksplorasinya. Dokumen yang ada mengenai lingkungan bawah tanah di Indonesia masih sangat terbatas. Peta gua diperlukan untuk dapat menjadi referensi bagi para ilmuwan maupun kepentingan strategis lainnya dan menjadi alat bantu dalam melakukan observasi yang objeknya berkaitan dengan gua. Peta gua menjadi alat komunikasi yang paling efektif dalam penyampaian dan komunikasi antar individu yang berkaitan dengan objek lorong gua.

Peta gua merupakan bagian dari sebuah sistem informasi geografis. Informasi geografis memuat informasi yang berkaitan dengan keruangan dan dapat digunakan utuk memahami fenomena yang ada dan sebagai salah satu faktor pendukung dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lokasi sekitar.

Pemetaan gua merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan gua sehingga menjadikan peta sebagai informasi bagi penelusur gua lainnya sebelum memasuki gua tertentu. Peta gua berarti sebagai bukti seorang caver telah memasuki atau mengeksplorasi suatu gua. Peta yang dihasilkan tersebut merekan kondisi gua yang ada pada saat itu, dimana dengan peta tersebut dapat memberikan informasi bagi penggiat alam yang lain dalam melakukan aktivitas di dalam gua tersebut.

 

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei/observasi lapangan. Survei lapangan meliputi tahapan pengukuran dan dokumentasi sebuah objek gua. Data yang diperoleh antara lain sudut kemiringan, panjang lorong, lebar gua, dan tinggi atap gua. Pengambilan data menggunakan beberapa peralatan berupa rollmeter, meteran tukang, kompas, clinometer, dan alat tulis.

Sistematika pada survei dan pengambilan data menggunakan sistem survei top to bottom. Metode arah survei dalam pengambilan data menggunakan cara forward method. Forward method merupakan metode pengambilan data dimana shooter berada di stasiun pertama dan pointer berada di stasiun kedua, setelah pembacaan alat selesai pointer maju ke staisun selanjutnya dan shooter pada posisi pointer tanpa merubah titik stasiun tempat berdiri pointer sebelumnya, begitu seterusnya. Grade survei yang digunakan adalah 3C (BCRA).

Tahap penyajian data menggunakan software spreadsheet seperti Ms. Excel yang digunakan untuk memasukkan data dan mengolahnya. Setelah data diolah kemudian ditampilkan tampilan centerline menggunakan software survex dan selanjutnya penggambaran dinding gua di corel draw.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gua Ombo Ngasem berasal dari Bahasa Jawa “ombo” yang berarti lebar, ini dikarenakan Gua Ombo Ngasem memiliki entrance atau mulut gua yang lebar dengan posisi vertikal. Gua Ombo Ngasem terletak di daerah pusat depresi. Akses jalan menuju gua ini berupa jalan aspal dan jalan cor yang cukup mudah untuk dilalui oleh kendaraan.

Gambar 1. Pemetaan gua

Posisi entrance Gua Ombo Ngasem terletak pada 08 10’ 52,2’’ dan 111 00’ 43,9’’. Entrance Gua Ombo Ngasem terbilang cukup ekstrim sehingga untuk menuruninya harus melewati anak tangga yang telah disediakan dari besi. Hanya beberapa penggiat kegiatan alam bebas dan peneliti yang berminat pada bidang speleologi yang melakukan kegiatan penelusuran di gua ini. Informasi yang ada di sekitar gua pun tidak banyak dijumpai.

Proses pembentukan lorong di Gua Ombo Ngasem sepenuhnya dikontrol oleh aktivitas air. Air hujan yang terbawa masuk ke dalam lorong akan melarutkan batuan yang ada di dalamnya. Sepanjang lorong dialiri air meskipun pada musim kemarau. Ornamen yang dapat ditemui pada lorong gua diantaranya stalaktit, stalakmit, coloumn, soda straw, flowstone, draperis, canopy, gourdam, dan goudyn.

Gambar 2. Kondisi air di dalam Gua Ngasem

Peta gua merupakan sebuah produk akhir dari kegiatan survei dan penelusuran gua yang berguna untuk mendokumentasikan gambaran lingkungan yang ada di dalam gua. Peta gua mampu memvisualisasikan gambaran tersebut lebih baik dibandingan dokumentasi lain yang berupa foto ataupun video. Pada dokumentasi berupa video atau foto, para pengguna peta tidak dapat mengetahui dengan pasti informasi detail seperti arah kemiringan lorong, ketinggian atap gua, maupun arah belokan lorong. Peta gua dapat menampilkan semua kenampakan tersebut dengan lebih baik apabila pembuat peta mampu untuk memberikan informasi secara utuh.

Penentuan stasiun pada lorong gua digunakan sebagai titik ikat dalam penggambaran kerangka peta gua. Dalam menentukan titik stasiun yang tepat dengan melihat perubahan arah gua, ketinggian lorong maupun kenampakan yang menonjol diantara lorong lainnya. Jarak pandang dalam gua yang tidak dapat dijangkau dalam jarak jauh juga harus diperhitungkan dalam penentuan stasiun.

Gambar 3. Tabel Pengolahan Data

Pengukuran Gua Ombo Ngasem dimulai dari entrance lorong horizontal yang menghasilkan total panjang gua yang tersurvei 409,01 meter dengan jumlah 21 stasiun. Dari 21 stasiun ada beberapa di titik stasiun memiliki panjang yang lebih dibandingkan dengan jarak stasiun dengan stasiun lainnya. Stasiun 9-10 dengan panjang 29 meter, stasiun 12-13 dengan panjang 29 meter. Untuk stasiun terpendek yaitu stasiun 0-1 dengan panjang 5 meter. Perbedaan jarak pada setiap stasiun survei disebabkan oleh kondisi lorong gua yang memiliki perbedaan medan. Hasil survei dan pemetaan yang dilakukan di dalam gua ini kemudian dituangkan ke dalam sebuah bidang untuk menghasilkan sebuah peta gua.

Perubahan kemiringan lantai gua paling besar terdapat di stasiun 1-2 dengan kemiringan -24° dan pada stasiun 3-4 dengan kemiringan sebesar -30° dimana tanda (-) menunjukkan lantai mengalami penurunan, sebaliknya jika tidak menggunakan tanda (-) menunjukkan kenaikan lantai atau tanjakan.

Dalam survei dan pemetaan gua hasilnya adalah peta gua yang bisa menggambarkan kondisi setiap bagian di dalam gua. Pengambilan data-data pengukuran dan pengamatan di lapangan kemudian diolah. Sekarang proses pengolahan data sudah mudah karena banyak perangkat lunak yang tersedia. Salah satunya adalah survex. Survex merupakan perangkat lunak bebas (free software) yang digunakan untuk membuat peta gua.

Dari tabel pengolahan data yang telah diambil akan dimasukkan ke notepad yang kemudian bisa dibuka menggunakan aplikasi survex sehingga menampilkan centerline seperti gambar berikut.

Gambar 4. Penggambaran Centerline Gua Ombo Ngasem

Hasil pengukuran lapangan yang telah di sketsa ke dalam sebuah bidang gambar dengan menggunakan software survex menunjukkan Gua Ombo Ngasem hanya memiliki satu lorong utama. Arah lorong utama cenderung mengarah ke barat.

Ornamen yang ada di dalam perut gua perlu ditampilkan ke dalam peta gua. Cara paling mudah untuk menggambarkan hal tersebut adalah dengan menggunakan simbolisasi. Pemilihan simbolisasi menggunakan simbol yang ditetapkan oleh UIS. Pembuatan simbol dipilih menggunakan bentuk grafis yang sederhana, mudah dimengerti, dan bersifat umum.

Bentuk centerline yang telah diproyeksikan menggunakan aplikasi survex kemudian dibuka pada aplikasi corel draw untuk penggambaran detail dinding gua.

Gambar 5. Sketsa Tampak Atas Gua Ombo Ngasem

Penggambaran peta tampak samping Gua Ombo Ngasem menggunakan profile view yaitu penggambaran dengan menggunakan proyeksi posisi yang sebenarnya dari peta gua tampak atas. Peta Gua Ombo Ngasem tampak atas dibuat menghadap ke arah timur dan memanjang ke arah barat. Peta Gua Ombo Ngasem tampak samping dibuat dari turunan peta Gua Ombo Ngasem tampak atas dengan memanjang ke arah kiri.

Gambar 6. Sketsa Tampak Samping Gua Ombo Ngasem

 

KESIMPULAN

1.        Perolehan data dari kegiatan survei dan pemetaan gua menggunakan dasar keilmuan metode top to bottom dan forward method untuk mengukur fenomena permukaan bumi berupa gua dan menghasilkan informasi posisi.

2.        Peta Gua Ombo Ngasem dapat ditampilkan dalam tiga sudut pandang yaitu peta gua tampak depan setiap stasiun, peta gua tampak atas, dan peta gua tampak samping.

 

DAFTAR PUSTAKA

Firdauzy, A. A., & Zuharnen, Z. (2020). Aplikasi Kartografi Dalam Survei Dan Teknik Pemetaan Gua Horizontal Studi Kasus: Gua Nguwik Di Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Jurnal Bumi Indonesia, 9(1).

Labib, M. A., Fitriani, D., Suprianto, A., Sahrina, A., Effendi, S., Hidayat, K., & Triyono, J. A. (2020). Karakteristik Lorong Vertikal Dan Chambers Gua Karst Kabupaten Malang. Jurnal Geografi, Edukasi Dan Lingkungan (JGEL), 4(2), 50-60.

Sideng, U., & Anggriani, R. (2018). Pemetaan Gua Kalibbong Aloa Kawasan Karst Pangkep. Jurnal Sainsmat, 7(2).

Wahyudi, A. (2013). PEMETAAN GUA DALAM PERSPEKTIF TIGA DIMENSI (Studi Kasus: Kabupaten Malang) (Doctoral dissertation, ITN Malang).

Wardani, P. I. (2008). Morfometri ornamen Gua (speleothem) di kawasan Kars Bumiayu, Sukabumi-Jawa Barat. 

No comments:

Post a Comment