PEMETAAN GUA OMBO NGASEM KAWASAN KARST PACITAN
Hayyin
Maghfiroh, Rasita Sukmawati
Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo
hayyinma46@gmail.com, rasitasukmawati81@gmail.com
ABSTRACT
This research aims to map the Ombo
Ngasem Cave which is located in the Pacitan karst area.
Cave mapping is an important effort in cave documentation, which helps understand cave
morphology and the surrounding environment. The research was conducted using
a field survey direction with a top to bottom measurement technique and a survey
direction method using the forward method. The data obtained was processed using
Excel and software such as Survex and Corel Draw which helped visualize cave
details. Mapping results show that Ombo Ngasem Cave has a main passage that
leads to the west. It is hoped that this cave map can be a reference for researchers and
nature activists in carrying out further exploration.
Keywords: cave mapping,
cave map, ombo ngasem cave.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan Gua Ombo Ngasem
yang terletak di kawasan karst Pacitan. Pemetaan gua merupakan upaya penting
dalam dokumentasi gua, yang membantu memahami morfologi gua dan lingkungan
sekitarnya. Penelitian dilakukan menggunakan arah survei lapangan dengan teknik
pengukuran top to bottom dan metode arah survei menggunakan forward method.
Data yang diperoleh diolah menggunakan excel serta perangkat lunak seperti
survex dan corel draw yang membantu visualisasi detail gua. Hasil pemetaan
menunjukkan bahwa Gua Ombo Ngasem memiliki lorong utama yang mengarah ke barat.
Peta gua ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi peneliti dan penggiat alam
dalam melakukan eksplorasi lebih lanjut.
Kata kunci: pemetaan gua, peta gua, gua ombo ngasem.
PENDAHULUAN
Kawasan karst sering dianggap sebagai kawasan yang sering mengalami kekeringan padahal memiliki sumberdaya air yang melimpah di bawah permukaan. Kawasan karst memiliki ciri khas yakni memiliki sistem perguaan yang biasanya diikuti dengan adanya aliran air yang mengaliri lorong tersebut. Dalam morfologi karst terdapat dua buah bentukan, yaitu eksokars dan endokars. Eksokars merupakan bentuk morfologi topografi wilayah karst yang berada di permukaan. Sedangkan endokarst merupakan bentukan-bentuk morfologi relief karst yang berada di bawah permukaan (Wardani Putri 2008). Gua merupakan salah satu contoh dari morfologi endokarst.
Menurut jenis lorongnya, gua dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu gua vertikal dan horizontal. Gua vertikal adalah jenis gua dengan mulut gua yang berorientasi secara vertikal atau tegak. Biasanya, gua ini terbentuk melaluin proses erosi dan pengikisan oleh air yang mengalir ke bawah sehingga menciptakan ruang yang dalam. Sedangkan gua horizontal adalah jenis gua yang memiliki mulut gua yang cenderung mendatar. Gua ini terbentuk melalui proses erosi air yang lebih menyebar dan tidak terlalu dalam. Gua horizontal cenderung memiliki ruang yang luas dan dapat memiliki banyak cabang yang menyebar ke samping.
Gua horizontal memiliki lorong panjang dan berkelok
sehingga sering kali menimbulkan kesulitan dan kebingungan dalam kegiatan
survei dan eksplorasinya. Dokumen yang ada mengenai lingkungan bawah tanah di
Indonesia masih sangat terbatas. Peta gua diperlukan untuk dapat menjadi
referensi bagi para ilmuwan maupun kepentingan strategis lainnya dan menjadi
alat bantu dalam melakukan observasi yang objeknya berkaitan dengan gua. Peta
gua menjadi alat komunikasi yang paling efektif dalam penyampaian dan komunikasi
antar individu yang berkaitan dengan objek lorong gua.
Peta gua merupakan bagian dari sebuah sistem informasi
geografis. Informasi geografis memuat informasi yang berkaitan dengan keruangan
dan dapat digunakan utuk memahami fenomena yang ada dan sebagai salah satu
faktor pendukung dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lokasi
sekitar.
Pemetaan gua merupakan salah satu upaya untuk
mendokumentasikan gua sehingga menjadikan peta sebagai informasi bagi penelusur
gua lainnya sebelum memasuki gua tertentu. Peta gua berarti sebagai bukti
seorang caver telah memasuki atau mengeksplorasi suatu gua. Peta yang
dihasilkan tersebut merekan kondisi gua yang ada pada saat itu, dimana dengan
peta tersebut dapat memberikan informasi bagi penggiat alam yang lain dalam
melakukan aktivitas di dalam gua tersebut.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei/observasi lapangan. Survei lapangan meliputi tahapan
pengukuran dan dokumentasi sebuah objek gua. Data yang diperoleh antara lain
sudut kemiringan, panjang lorong, lebar gua, dan tinggi atap gua. Pengambilan
data menggunakan beberapa peralatan berupa rollmeter, meteran tukang, kompas,
clinometer, dan alat tulis.
Sistematika pada survei dan pengambilan data menggunakan
sistem survei top to bottom. Metode arah survei dalam pengambilan data
menggunakan cara forward method. Forward method merupakan metode pengambilan
data dimana shooter berada di stasiun pertama dan pointer berada di stasiun
kedua, setelah pembacaan alat selesai pointer maju ke staisun selanjutnya dan
shooter pada posisi pointer tanpa merubah titik stasiun tempat berdiri pointer
sebelumnya, begitu seterusnya. Grade survei yang digunakan adalah 3C (BCRA).
Tahap penyajian data menggunakan software spreadsheet
seperti Ms. Excel yang digunakan untuk memasukkan data dan mengolahnya. Setelah
data diolah kemudian ditampilkan tampilan centerline menggunakan software
survex dan selanjutnya penggambaran dinding gua di corel draw.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gua Ombo Ngasem berasal dari Bahasa Jawa “ombo” yang berarti lebar, ini dikarenakan Gua Ombo Ngasem memiliki entrance atau mulut gua yang lebar dengan posisi vertikal. Gua Ombo Ngasem terletak di daerah pusat depresi. Akses jalan menuju gua ini berupa jalan aspal dan jalan cor yang cukup mudah untuk dilalui oleh kendaraan.
Posisi entrance Gua Ombo Ngasem terletak pada 08 10’ 52,2’’ dan 111 00’ 43,9’’. Entrance Gua Ombo Ngasem terbilang cukup ekstrim sehingga untuk menuruninya harus melewati anak tangga yang telah disediakan dari besi. Hanya beberapa penggiat kegiatan alam bebas dan peneliti yang berminat pada bidang speleologi yang melakukan kegiatan penelusuran di gua ini. Informasi yang ada di sekitar gua pun tidak banyak dijumpai.
Proses pembentukan lorong di Gua Ombo Ngasem sepenuhnya
dikontrol oleh aktivitas air. Air hujan yang terbawa masuk ke dalam lorong akan
melarutkan batuan yang ada di dalamnya. Sepanjang lorong dialiri air meskipun
pada musim kemarau. Ornamen yang dapat ditemui pada lorong gua diantaranya
stalaktit, stalakmit, coloumn, soda straw, flowstone, draperis, canopy,
gourdam, dan goudyn.
Peta gua merupakan sebuah produk akhir dari kegiatan
survei dan penelusuran gua yang berguna untuk mendokumentasikan gambaran
lingkungan yang ada di dalam gua. Peta gua mampu memvisualisasikan gambaran
tersebut lebih baik dibandingan dokumentasi lain yang berupa foto ataupun
video. Pada dokumentasi berupa video atau foto, para pengguna peta tidak dapat
mengetahui dengan pasti informasi detail seperti arah kemiringan lorong,
ketinggian atap gua, maupun arah belokan lorong. Peta gua dapat menampilkan
semua kenampakan tersebut dengan lebih baik apabila pembuat peta mampu untuk
memberikan informasi secara utuh.
Penentuan stasiun pada lorong gua digunakan sebagai titik
ikat dalam penggambaran kerangka peta gua. Dalam menentukan titik stasiun yang
tepat dengan melihat perubahan arah gua, ketinggian lorong maupun kenampakan
yang menonjol diantara lorong lainnya. Jarak pandang dalam gua yang tidak dapat
dijangkau dalam jarak jauh juga harus diperhitungkan dalam penentuan stasiun.
Pengukuran Gua Ombo Ngasem dimulai dari entrance lorong
horizontal yang menghasilkan total panjang gua yang tersurvei 409,01 meter
dengan jumlah 21 stasiun. Dari 21 stasiun ada beberapa di titik stasiun
memiliki panjang yang lebih dibandingkan dengan jarak stasiun dengan stasiun
lainnya. Stasiun 9-10 dengan panjang 29 meter, stasiun 12-13 dengan panjang 29
meter. Untuk stasiun terpendek yaitu stasiun 0-1 dengan panjang 5 meter.
Perbedaan jarak pada setiap stasiun survei disebabkan oleh kondisi lorong gua
yang memiliki perbedaan medan. Hasil survei dan pemetaan yang dilakukan di
dalam gua ini kemudian dituangkan ke dalam sebuah bidang untuk menghasilkan sebuah
peta gua.
Perubahan kemiringan lantai gua paling besar terdapat di
stasiun 1-2 dengan kemiringan -24° dan pada stasiun 3-4 dengan kemiringan
sebesar -30° dimana tanda (-) menunjukkan lantai mengalami penurunan,
sebaliknya jika tidak menggunakan tanda (-) menunjukkan kenaikan lantai atau
tanjakan.
Dalam survei dan pemetaan gua hasilnya adalah peta gua
yang bisa menggambarkan kondisi setiap bagian di dalam gua. Pengambilan
data-data pengukuran dan pengamatan di lapangan kemudian diolah. Sekarang
proses pengolahan data sudah mudah karena banyak perangkat lunak yang tersedia.
Salah satunya adalah survex. Survex merupakan perangkat lunak bebas (free
software) yang digunakan untuk membuat peta gua.
Dari tabel pengolahan data yang telah diambil akan
dimasukkan ke notepad yang kemudian bisa dibuka menggunakan aplikasi survex
sehingga menampilkan centerline seperti gambar berikut.
Hasil pengukuran lapangan yang telah di sketsa ke dalam
sebuah bidang gambar dengan menggunakan software survex menunjukkan Gua Ombo
Ngasem hanya memiliki satu lorong utama. Arah lorong utama cenderung mengarah
ke barat.
Ornamen yang ada di dalam perut gua perlu ditampilkan ke
dalam peta gua. Cara paling mudah untuk menggambarkan hal tersebut adalah
dengan menggunakan simbolisasi. Pemilihan simbolisasi menggunakan simbol yang
ditetapkan oleh UIS. Pembuatan simbol dipilih menggunakan bentuk grafis yang
sederhana, mudah dimengerti, dan bersifat umum.
Bentuk centerline yang telah diproyeksikan menggunakan
aplikasi survex kemudian dibuka pada aplikasi corel draw untuk penggambaran
detail dinding gua.
Gambar 5. Sketsa
Tampak Atas Gua Ombo Ngasem
Penggambaran peta tampak samping Gua Ombo Ngasem
menggunakan profile view yaitu penggambaran dengan menggunakan proyeksi posisi
yang sebenarnya dari peta gua tampak atas. Peta Gua Ombo Ngasem tampak atas
dibuat menghadap ke arah timur dan memanjang ke arah barat. Peta Gua Ombo
Ngasem tampak samping dibuat dari turunan peta Gua Ombo Ngasem tampak atas
dengan memanjang ke arah kiri.
Gambar 6. Sketsa
Tampak Samping Gua Ombo Ngasem
KESIMPULAN
1.
Perolehan data dari kegiatan survei dan pemetaan gua
menggunakan dasar keilmuan metode top to bottom dan forward method untuk
mengukur fenomena permukaan bumi berupa gua dan menghasilkan informasi posisi.
2.
Peta Gua Ombo Ngasem dapat ditampilkan dalam tiga sudut
pandang yaitu peta gua tampak depan setiap stasiun, peta gua tampak atas, dan
peta gua tampak samping.
DAFTAR PUSTAKA
Firdauzy, A. A., & Zuharnen, Z.
(2020). Aplikasi Kartografi Dalam Survei Dan Teknik Pemetaan Gua Horizontal
Studi Kasus: Gua Nguwik Di Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo. Jurnal Bumi Indonesia, 9(1).
Labib,
M. A., Fitriani, D., Suprianto, A., Sahrina, A., Effendi, S., Hidayat, K., & Triyono, J. A. (2020).
Karakteristik Lorong Vertikal Dan Chambers Gua Karst Kabupaten Malang. Jurnal
Geografi, Edukasi Dan Lingkungan (JGEL), 4(2), 50-60.
Sideng,
U., & Anggriani, R. (2018). Pemetaan Gua Kalibbong Aloa Kawasan Karst
Pangkep. Jurnal Sainsmat, 7(2).
Wahyudi,
A. (2013). PEMETAAN GUA DALAM PERSPEKTIF TIGA DIMENSI (Studi Kasus:
Kabupaten Malang) (Doctoral dissertation, ITN Malang).
Wardani, P. I. (2008). Morfometri ornamen Gua (speleothem) di kawasan Kars Bumiayu, Sukabumi-Jawa Barat.
No comments:
Post a Comment