Blog ini dibuat sebagai media informasi kedalam atau keluar guna mengembangkan MAPALA PASCA IAIN PONOROGO

ANALISIS KEANEKARAGAMAN BURUNG MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI DI CAGAR ALAM DONOLOYO, WONOGIRI, JAWA TENGAH

ANALISIS KEANEKARAGAMAN BURUNG MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI DI CAGAR ALAM DONOLOYO, WONOGIRI, JAWA TENGAH

Revica Nurmutiara R

IAIN Ponorogo

Email : revicanurmutiara@gmail.com

Abstrak :

Keanekaragaman jenis burung di Indonesia sering kali dikaitkan dengan kondisi lingkungan, semakin tinggi keanekaragaman jenis burung maka semakin seimbang suatu ekosistem di wilayah tempat hidup burung. Cagar Alam merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki peran sebagai tempat perlindungan berbagai spesies salah satu nya burung. Ditemukan 15 jenis burung yang terdapat di kawasan Cagar Alam Donoloyo, 2 diantara jenis burung tersebut merupakan burung yang dilindungi yakni Alap – Alap Walet dan Walet Gunung. Cagar Alam Donoloyo merupakan kawasan Cagar Alam yang memiliki keanekaragaman jenis burung yang sedang, tingkat kemerataan jenis yang stabil dan tingkat kekayaan jenis yang sedang.

Kata Kunci : Keanekaragaman Burung, Cagar Alam, Donoloyo.

PENDAHULUAN

Keanekaragaman jenis burung di Indonesia sering kali dikaitkan dengan kondisi lingkungan, semakin tinggi keanekaragaman jenis burung maka semakin seimbang suatu ekosistem di wilayah tempat hidup burung . Keberadaan burung di alam penting sebagai bagian dari keseimbangan ekosistem. Burung merupakan aktor penyedia jasa ekosistem hutan seperti membantu penyerbukan, penyebaran benih tanaman dan pengendali hama . Selain itu, burung juga berfungsi sebagai indikator lingkungan. Penurunan jumlah dan spesies burung dapat berakibat terhadap ketidakseimbangan ekosistem. Keanekaragaman jenis burung mengandung nilai dan beragam manfaat dalam memerankan berbagai fungsi di alam, sehingga pelestariannya menjadi sangat penting baik ditinjau dari sudut ekonomi, sosial maupun budaya.

Cagar Alam merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki peran sebagai tempat perlindungan berbagai spesies salah satunya burung. Fakta menunjukkan bahwa banyak permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia, diantaranya pengelolaan kawasan yang belum optimal dan kebutuhan lahan untuk pemekaran wilayah . Cagar Alam Donoloyo merupakan Cagar Alam yang terletak di Desa Watusomo, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Luas 9,2 Ha. Pada kawasan ini terdapat 8 jenis tumbuhan yaitu Jati (Tectona grandis), Sengon Buto (Albizzia sp.), Eukaliptus (Eucalyptus sp.), Jambu Air (Eugenia sp.), Rengas (Gluta renghas), Kesambi (Schleichera oleosa), Randu Alas (Bombax malabaricum) dan Asam Jawa (Tamarindus indica).

Indonesia merupakan negara nomor empat di dunia terkaya akan jumlah spesies burungnya setelah Columbia, Peru, dan Brazil. Berdasarkan data tersebut sebanyak 372 (23,28%) spesies di antaranya adalah spesies burung endemik dan 149 (9,32%) spesies adalah burung migran. Tercatat 118 (7,38%) spesies burung yang dikatagorikan sebagai spesies yang terancam punah dalam IUCN Red List . Perburuan dan perdagangan, hilangnya habitat dan perubahan iklim dapat mengancam migrasi burung sehingga menjadi kendala untuk konservasi . Beberapa spesies burung banyak diperjual-belikan, hal ini dapat meningkatkan perburuan. Tidak menutup kemungkinan spesies burung yang dilindungi dan status terancam diburu untuk keperluan ekonomi. Untuk itu perlu adanya dilakukan identifikasi pada spesies burung di setiap daerah. Kegiatan konservasi dapat dilakukan melalui program pengembangan birding, sehingga dapat dijadikan potensi untuk pengembangan ekowisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman kelas aves yang terdapat di kawasan Cagar Alam Donoloyo Watusomo Jawa Tengah dalam upaya mendata jenis burung yang tersebar diwilayah tersebut sebagai upaya konservasi dimasa yang datang.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Donoloyo Watusomo, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri, Jawa tengah. Dengan kondisi cuaca cerah, waktu yang digunakan untuk pengamatan yakni pagi hari pukul 04.30 – 08.00 WIB dan Sore hari pukul 16.30 – 18.00 WIB dikarenakan waktu tersebut adalah waktu burung beraktivitas seperti mencari makan, bertengger atau sekedar terbang dari satu pohon ke pohon lain.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan cara observasi langsung ke lokasi penelitian. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada dengan melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian . Metode pengambilan data dilakukan dengan teknik kombinasi, teknik ini adalah gabungan dari metode transec line dan pont count. Dimana pengamat berhenti di suatu titik untuk menyisir satu kawasan dengan satu jalur lurus.

Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan Diversity Index (ShannonWiener) untuk menentukan tingkat keanekaragaman jenis burung, Richness index (Margalef) untuk menentukan nilai kekayaan jenis burung, Evennes Index untuk menentukan nilai kemerataan jenis burung.

Indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’) = digunakan untuk mengetahui data keanekaragaman jenis burung dilokasi pengamatan.

H^'=-Σpi *Ln(pi) dimana pi=ni/N

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon Wiener.

Ln = Logaritma Natural

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Total jumlah individu semua jenis

Kriteria nilai indeks Keanekaragaman Shannon Wiener

H' <1 : Keanekaragaman jenis rendah

H'>1<3 : Keanekaragaman jenis sedang

H'>3 :Keanekaragaman jenis tinggi

Indeks kekayaan jenis (Dmg) = berfungsi untuk mengetahui kekayaan jenis burung di setiap jalur.

Dmg=(S-1)/Ln(N)

Keterangan :

Dmg = Indeks kekayaan jenis

S = Jumlah jenis burung

Ln = Logaritma Natural

N = Total jumlah individu semua jenis

Kriteria nilai indeks kekayaan jenis

H' <1,5 : Kekayaan jenis rendah

H'>1,5<4 : Kekayaan jenis sedang

H'>4 :Kekayaan jenis tinggi

Indeks kemerataan jenis (E) = untuk mengetahui kemerataan setiap jenis burung dalam setiap lokasi pengamatan yang ditentukan.

E=H'/(Ln(S))

Keterangan :

E = Indeks kemerataan jenis

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon Wiener.

Ln = Logaritma Natural

S = Jumlah jenis burung

Kriteria nilai indeks Kekayaan jenis

H' <0,4 : Kemerataan jenis rendah

H'>0,4<0,6: Kemerataan jenis sedang

H'>0,6 :Kemerataan jenis tinggi

Analisis dan Pembahasan

Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah

Bondol Jawa Lonchura Leugastroides 1

Walet Gunung Collocalia Esculenta 55

Tengkek Jawa Halcyon Cyanoventris 1

Bondol Peking Lonchura Punchtulata 10

Perkutut Jawa Geopelia Striata 3

Prenjak Coklat Prinia Polychroa 10

Cendet Abu Abu Besar Lanius Excubitor 19

Sikatan Mugimaki Vicedula Mugimaki 1

Puter Streptopelia Risona 1

Ayam Alas Hijau Gallus Varius 1

Walet Palem Asia Cypsiurus Balasinesis 3

Pleci Zostreos Palpebrosus 11

Alap Alap Walet Falco Subbuteo 1

Kutilang Pynonotus Aurigaster 4

Caladi Batu Meigyliptes Tristis 1

Tabel 1. Daftar hasil pengamatan di kawasan Cagar Alam Donoloyo

Berdasarkan hasil pengamatan dengan metode kombinasi ditemukan 15 jenis burung yang terdapat di kawasan Cagar Alam Donoloyo. Dalam melakukan pengidentifikasian burung dilakukan dengan berdasarkan dengan melihat ciri morfologi seperti warna bulu pada burung, bentuk dan ukuran paruh serta bagaimana kebiasaan burung dengan bantuan buku panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali . Melalui peraturan menteri LHK No.P.20/MENLHL/SETJEN/KUM.1/6/2018 Dari 15 jenis burung tersebut Alap - Alap Walet dan Walet Gunung masuk dalam kategori dilindungi, sementara burung tengkek jawa status perlindungannya dicabut tahun 2018.

Walet gunung (Collocalia Esculenta) merupakan jenis burung walet famili Apodidae. Walet gunung merupakan Burung walet berukuran sedang yang umum, ditemukan di atas kawasan berhutan dan terbuka, umumnya di pegunungan. Berbentuk ramping dengan ekor bertakik yang terkadang dikembangkan. Cokelat-kelabu dengan ekor dan sayap depan yang lebih gelap kontras. Sering terlihat berkelompok dan dapat terbang di seluruh level ketinggian. Terbang meluncur jauh dengan ujung sayap ditahan agak menurun, serta terkadang miring dari sisi ke sisi.

Alap – Alap Walet (Falco Subbuteo) merupakan burung pemangsa dari keluarga Falconidae. Alap-alap walet memiliki panjang tubuh antara 29–36 cm dari ujung paruh sampai ujung ekor. Rentang sayap sekitar 74–84 cm dengan berat tubuh antara 131–232 g untuk jantan dan betina 141–340 g. Alap - alap walet menyukai lahan terbuka seperti lahan pertanian, rawa-rawa dan savana. Mereka tersebar luas di dataran rendah dengan hutan kecil yang tersebar. Alap alap walet salah satu pemangsa yang handal, pemberani dan penuh rasa ingin tahu, dan pandai akrobatik Makanan alap-alap walet adalah serangga besar seperti capung, kelelawar, dan burung kecil.

Tingkat Keanekaragaman Burung

Indeks keanekaragaman adalah hubungan antara kekayaan jenis dan kelimpahan jenis di dalam suatu lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman, diperoleh hasil keanekaragaman (H’) sebesar 1,84571722 yang berarti nilai keanekaragaman sedang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Cagar Alam Donoloyo dengan banyaknya interaksi manusia di dalamnya sangat mempengaruhi tingkat keanekaragaman jenis burung dan keberadaan burung di lokasi tersebut, burung akan mudah dijumpai di lokasi yang memiliki kelimpahan sumberdaya bagi kelangsungan hidupnya, serta sulit ditemui di lokasi yang memiliki banyak gangguan bagi kelangsungan hidupnya.

Tingkat Kemerataan Jenis

 Nilai indeks kemerataan spesies digunakan untuk mengetahui dan menggambarkan tingkat kestabilan suatu komunitas, apabilai nilai indeks diatas 0,75 maka komunitas dapat dikatakan stabil. Semakin kecil nilai indeks kemerataan spesies menunjukkan bahwa penyebaran spesies tidak merata, artinya dalam komunitas tersebut tidak ada spesies yang mendominasi. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kemerataan jenis memperoleh hasil 0,68156684 yang menandakan bahwa komunitas stabil. Hal ini menunjukkan bahwa dalam suatu komunitas ada dominasi populasi oleh suatu spesies dimana suatu spesies memiliki jumlah individu lebih banyak dibandingkan dengan individu lainnya dan persebaran spesies yang kurang merata berdasarkan perbedaan komponen penyusun suatu vegetasi.

Tingkat kekayaaan jenis

 Kekayaan jenis adalah keberadaan jumlah spesies pada suatu tempat. Kekayaan jenis tergantung pada predasi, kompetisi sesama jenis atau intraspesies, suksesi dalam komunitas, dan gangguan atau ancaman. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kekayaan, diperoleh nilai indeks kekayaan jenisnya sebesar 2,914225369 yang berarti nilai kekayaan jenis sedang. Nilai kekayaan jenis yang sedang menunjukan bahwa ketersediaan pakan bagi burung pada lokasi penelitian belum cukup terpenuhi, hal ini dikarenakan perbedaan jenis vegetasi yang ada seperti jalan utama, hutan alam, area taman, padang savana, rawa, dan kandang gajah mengakibatkan karakteristik burung tiap-tiap lokasi vegetasi berbeda.

Pembahasan

Tabel 2. Jumlah jenis burung yang teramati pada setiap titik.

Berdasarkan hasil pengamatan setiap stasiun jelas bahwa jenis burung lebih banyak ditemukan di titik 11-16 pada titik tersebut didominasi oleh tumbuhan dengan pohon yang tinggi. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada habitat jenis burung. Keanekaragaman jenis burung di Indonesia sering kali dikaitkan dengan kondisi lingkungan, semakin tinggi keanekaragaman jenis burung maka semakin seimbang suatu ekosistem di wilayah tempat hidup burung. Perburuan dan perdagangan, hilangnya habitat dan perubahan iklim dapat mengancam migrasi burung sehingga menjadi kendala untuk konservasi. Perlu tindak lanjut dari pemerintah setempat untuk membuat peraturan yang tegas untuk menyelamatkan beberapa spesies burung yang termasuk dalam kategori langka atau terancam punah. Jenis burung digolongkan ke dalam kategori dilindungi berdasarkan beberapa faktor diantaranya: populasi sedikit, keterbatasan habitat alami sehingga tidak dapat berkembang biak, terjadi penurunan populasi yang signifikan akibat perburuan. Perubahan terhadap spesies burung, morfologi, fisiologi, dan komposisi komunitas burung sehingga keletarian dan fungsi hutan perlu diperhatikan karena keberadaan burung disuatu daerah menjadi indikator perubahan lingkungan.

Kesimpulan

Burung merupakan satwa penting karena memiliki fungsi ekologis dan ekonomis. Secara ekologis, burung berperan sebagai penyebar biji, membantu penyerbukan dan pengontrolan hama. Burung memiliki nilai ekononomi sebagai hewan peliharaan dikarenakan suara dan bulu yang indah. Akan tetapi, burung yang bernilai ekonomis cenderung mengalami ancaman kepunahan akibat dari perdagangan dan pemeliharaan burung. Cagar Alam Donoloyo merupakan kawasan Cagar Alam yang memiliki keanekaragaman jenis burung yang sedang, tingkat kemerataan jenis yang stabil dan tingkat kekayaan jenis yang sedang. Namun hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa burung burung yang ada di Cagar Alam Donoloyo bisa terancam punah terlebih aktivitas perburuan yang masih banyak dilakukan.

Daftar Pustaka

Endah, G. P., & Partasasmita, R. (2015). Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1, 1289-1294.

Kurniawan, Iwan Setia, Fransisca Sudargo Tapilouw, Topik Hidayat, and Wawan Setiawan. “Keanekaragaman Aves di Kawasan Cagar Alam Pananjung Pangandaran.” Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences 11, no. 1 (January 27, 2019): 37–44. https://doi.org/10.30599/jti.v11i1.393.

Mac Kinnon, J., K. Philipps, dan B. Van Balen. 2010. Seri Panduan Lapangan BurungBurung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Buku. LIPI. Bogor

 Muttaqien, H. Z., Hakim, L., & Leksono, A. S. (2015). Analysis of bird diversity for supporting ecotourism development in Rajegwesi, Meru Betiri National Park. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, 3(3), 105-110

Setiawan, A., Alikodra, H. S., Gunawan, A. dan Darnaedi, D. 2006.Keanekaragaman jenis pohon dan burung di beberapa areal Hutan Kota Bandar Lampung. J. Manajemen Hutan Tropika. 12(1) : 1−13.

Sekercioglu CH. 2006. Increasing awarness of avian ecological function. Ecology and Evolution. 21(8): 464-471

Sukmantoro, W., Irham, M., Novarino, W., Hasudungan, F., Kemp, N. dan Muchtar, M. 2007. Daftar Burung Indonesia no. 2. Indonesian Ornithologists’Union, Bogor.

Sukmadinata, N. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya


No comments:

Post a Comment