Memaknai
Pendidikan Melalui Pendakian Gunung Merbabu Via Suwanting
Kholifatun Nisa,
Dinta Dina Akbari, Aura Putri Agustin, Muklis Aprianto, Fauzi Thohari
Kholifatunnisa0909@gmail.com, dante98dinta@gmail.com, auraputriagustin29@gmail.com, takyagenji055@gmail.com, fauzithohari@gmail.com
UNIT KEGIATAN MAHASISWA
MAHASISWA PECINTA ALAM
PERSAUDARAAN MAHASISWA SOLIDARITAS
PECINTA ALAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO
ABSTRAK
Mendaki Gunung
merupakan suatu olahraga ekstrem yang penuh petualangan dan kegiatan ini
membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang
tinggi.Bahaya dan tantangan seakan hendak mengungguli merupakan daya tarik dari
kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk
menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar berarti keunggulan terhadap
terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri. Dalam artikel ini mempelajari sebuah
pendidikan yang mendasar atas Gunung Hutan, serta materi-materi yang biasa
diaplikasikan saat pendidikan Gunung Hutan. Setiap kegiatan Gunung Hutan pasti
memiliki tujuan dan maksud tertentu, walaupun kegiatan ini cukup menguras
tenaga, waktu, pikiran, dan biaya.
Kata kunci : pendidikan, pendakian, gunung
ABSTRAC
Mountaineering
is an extreme sport that is full of adventure and this activity requires high
skill, intelligence, strength and fighting spirit. The dangers and challenges
seeming to overcome are the attractions of this activity. In essence, these
dangers and challenges are to test one's abilities and to be one with nature.
The success of a difficult climb means superiority over fear and victory over
the struggle against oneself. In this article, we study a basic education on
Forest Mountain, as well as materials that are commonly applied to Forest
Mountain education. Every Gunung Hutan activity must have a specific purpose
and purpose, even though this activity is quite draining of energy,
time, thought, and money.
Keywords: education, climbing, mountains
A. PENDAHULUAN
Negara
Indonesia terdapat banyak kekayan yang melimpah dan tidak dapat kita nilai
harga kekayaan kita. Akhirnya timbullah kegiatan-kegiatan pecinta alam,
pelestaraian alam, menjaga, merawat kekayaan alam yang ada dibumi pertiwi, agar
tidak musnah. Negara yang terletak diantara dua benua dan dua samudra,
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dan memiliki bentuk kontur muka
bumi yang beraneka ragam. Dengan beragam
kekayaan alamnya tersebut sudah tentu Indonesia dapat menjadi salah satu tujuan
utama dalam pariwisata alam di dunia.
Pendidikan pada
dasarnya sebuah pembelajaran yang ditujukan untuk generasi selanjutnya. Pendidikan
sebagai sarana untuk mewariskan pengalaman, kebiasaan, dan kebudayaan yang
berguna untuk mengasah kemampuan manusia dalam menghadapi tantangan yang
ditemui sesuai dengan perkembangan zaman. Karena pada dasarnya, manusia adalah
makhluk yang tidak tahu apapun sehingga perlu di didik dan dibina untuk melatih
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Diharapkan proses pendidikan ini
dapat membentuk manusia yang cerdas, berakhlak baik, mandiri serta berguna bagi
masyarakat dan bangsa. Pendidikan bukan hanya disekolah saja, melainkan dari
alam merupakan guru terbaik dalam mendidik sebuah karakter seseorang, maka dari
itu pendidikan untuk seseorang pecinta alam merupakan sebuah hal yang tidak
bisa ditinggalkan.
Kegiatan kami
ini adalah sebuah pendidikan dalam MAPALA. Kegiatan ini dalam MAPALA disebut
Spesialisasai (SPL) dan biasanya juga disebut Expedisi. Kegiatan ini sebagai
penunjang kemampuan kita dalam sebuah pemahami materi. Spesialisasi yang kami
lakukan yaitu SPL Gunung Hutang merupakan salah satu divisi yang ada di MAPALA
PASCA sendiri. Gunung Hutan yang akan dilaksanakan di Gunung Merbabu Via Suwanting
dengan estimasi hari 5 hari yang sudah masuk dari perjalanan dan pendakian.
Dan dalam
sebuah perjalanan pengaplikasian Gunung Hutan ini, perlu adanya perencanan
perjalanan dengan pengaplikasain dalam kemampuan bernavigasi. Pemahaman dalam
menggunakan alat-alat navigasi sangat mempengaruhi dalam bernavigasi. Selain
bernavigasi kemampuan untuk membaca peta juga sangat diperlukan, karena
menyangkut dalam perbekalan yang akan kita persiapkan sebelum berangkat
berkegiatan kelapangan, dan yang terakhir tang tak kalah penting yaitu fisik dan mental.
B. METODE PENELITIAN
1. Lokasi penelitian
Penelitian yang dilakukan
untuk menunjang spesialisasi ini bertempat di Jl. Suwanting, Suwanting, Banyuroto, Sawangan, Magelang, Boyolali, Jawa
Tengah.
2. Waktu dan alat penelitian
Penelitian
dilakukan pada tanggal 29 Januari sampai 2 Februari 2023. Alat yang gunakan
dalam penelitian yaitu peta topografi, kompas bidik, kompas silva, ATK,
penggaris, protactor, rummererator, dan GPS.
3. Metode penelitian
Metode yang
digunakan dalam artikel ini yaitu metode fenomenologis. Fenomenologi merupakan
suatu pendekatan dimana peneliti berusaha untuk mengungkap, mempelajari, dan
memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang khas serta unik yang dialami oleh
individu hingga tataran keyakinan individu yang bersangkutan. Fokus artikel ini
yaitu bagaimana cara memaknai sebuah perjalanan pendidikan bersama dengan alam.
C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Kajian teori
Tahapan awal
yang kita lakukan adalah mengetahui materi-materi yang terdapat dalam Gunung
Hutan, serta alat-alat dalam setiap materi.
a) Manajemen ekspedisi
Manajemen adalah merencanakan, mengatur, dan
mempersiapkan suatu kegiatan agar berjalan dengan lancar dan tidak kurang. Sedangkan
ekspedisi adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah maupun sekedar
berpetualang untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara
terkoordinir mulai dari pra kegiatan, kegiatan, dan pasca kegiatan.
Tiga fase dalam ekspedisi :
1) Pra kegiatan adalah persiapan, perencanaan
sebelum kegiatan berlangsung. Dalam pra kegiatan ini terdapat beberapa hal yang
harus dilakukan diantaranya:
a)
Pembentukan
team.
b)
Perencanaan
tujuan kegiatan dan kebutuhan pendukung.
c)
Pengumpulan
data atau literatur :
(1)
Data geografis,
bisa berupa bahaya di alam, norma/adat.
(2)
Informasi
terbaru, bisa dari media dan dari orang terakhir yang sudah melakukan
pendakian.
(3)
Administrasi,
berupa surat perizinan, dan surat-surat lain yang digunakan untuk kegiatan.
(4)
Perencanaan
jalur, perhitungan resiko, dan evakuasi.
(5)
Persiapan,
berupa latihan fisik, mental, logistik.
(6)
Check up
kesehatan, agar meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak terduga.
(7)
Menggunakan
jasa pemandu bila diperlukan.
(8)
Presentasi awal, presentasi
maksud, tujuan, kesiapan tim, unit
pendukung serta pendanaan.
2) Kegiatan
a)
Melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan.
b)
Koordinasi
dengan sesama tim.
c)
Kekompakan tim.
d)
Perhitungan
secara matang segala resiko yang akan terjadi.
e)
Koordinasi
dengan instansi.
f)
Catat setiap
tahap ekspedisi yang dijalankan secara detail.
3) Pasca kegiatan
a)
Evaluasi
kegiatan dan penyusunan kegiatan dari awal sampai akhir.
b)
Perjelas semua
kendala selama kegiatan berlangsung.
c)
Presentasikan.
d)
Perjelas
laporan keuangan.
e)
Laporkan
kegiatan kepada instansi terkait untuk kemudahan kegiatan selanjutnya.
f)
Menjaga,
merawat, dan mengembalikan segala alat pendukung.
b) Navigasi Darat (NAVDAR)
Navigasi darat adalah teknik menentukan posisi dan arah dalam suatu
perjalanan baik di peta maupun pada medan sesungguhnya. Sedangkan navigasi
sendiri adalah suatu kemampuan membaca peta dalam suatu wilayah tertentu dengan
bantuan alat navigasi.
c) Peralatan NAVDAR
1) Papan dada
2) Buku
tulis
3) Pensil dan penghapus
4) Bolpoin 4 warna
5) Penggaris dan busur
6) Peta topografi
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan skala
tertantu melalui suatu sistem proyeksi. Peta yang biasa digunakan adalah peta
Bakosurtanal yang dikeluarkan oleh BIG (badan injeksi geopasial), dan peta AMS
(Army Map Service) yang lebih sulit dari peta Bakosurtanal. Perbedaan
yang sangat menonjol yaitu secara tampilan yang dimana tampilan peta AMS itu terbilang
kurang menarik karena hanya disajikan dalam warna grayscale (keabu-abuan)
sedangkan peta Basokurtanal tampilannya cukup lebih detail dan mudah difahami.
Dalam peta terdapat garis kontur atau garis ketinggian dalam pengertiannya
garis kontur tidak akan terputus. Peta topografi menampilkan gambaran permukaan
bumi yang dapat diidentifikasi, berupa obyek alami maupun buatan. Peta
topografi menyajikan obyek-obyek dipermukaan bumi dengan ketinggian yang
dihitung dari permukaan air laut dan digambarkan dalam bentuk garis-garis
kontur, dengan setiap satu garis kontur mewakili satu ketinggian.
7) Kompas
Kompas adalah alat petunjuk arah yang didalamnya terdapat jarum yang akan
menunjukkan arah utara magnetis bumi. Jenis kompas ada 2 yaitu kompas bidik dan
kompas silva. Kompas bidik digunakan untuk membidik titik ekstrim/ titik yang
sulit untuk dijangkau, sedangkan kompas silva biasanya digunakan untuk orientaring.
8) Busur derajat
Busur derajat dibagi menjadi 2 yaitu : Protaktor dan rummer
yang fungsinya sama dan di dalamnya terdapat derajat-derajat yang digunakan
menurut skala peta.
d) Teknik-teknik dalam NAVDAR
1) Resection
Adalah suatu teknik yang digunakan untuk menentukan letak atau titik di
mana kita berada dengan cara membidik 2 legenda dan kompasman berada di 1
titik, ketika 2 bidikan itu digaris akan menghasilkan potongan.
2) Intersection
Teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan titik legenda dalam peta
itu apakah sesuai dengan yang ada di medan sebenarnya. Caranya 2 kompasman
berada di titik yang berbeda dan membidik 1 legenda yang sama.
3) ORMED (orientasi Medan)
Salah satu teknik dalam Navigasi darat untuk menentukan letak di mana kita
berada dengan menyamakan legenda pada peta dengan medan sebenarnya.
4) Azimuth back azimuth
Azimuth back azimuth adalah kegiatan navigasi yang membantu kompasman ketika bidikan terlalu
jauh dengan cara memotong tiap bagian sedikit demi sedikit untuk menguji
keakuratan yang lebih tinggi. Dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika azimuth <180 maka back
azimuth = azimuth + 180
b) Jika azimuth >180 maka back azimuth = azimuth
– 180
c) Jika azimuth 0 atau 360 maka back azimuth =
180
d) Jika azimuth 180 maka back azimuth
= 0 atau 360
5) Ploting
Ploting adalah suatu
proses membuat jalan di peta yang nantinya akan kita lalui pada medan yang
sebenarnya.
6) Potong kompas
Potong kompas yaitu salah satu teknik yang digunakan dalam melakukan azimuth
back azimut ketika menemui sebuah penghalang yang memotong jalur azimuth
back azimuth.
Prinsip dari teknik potong kompas yaitu:
a) Apabila melakukan potong kompas ke kiri maka
sudut azimuth dikurangi 90°.
b)
Apabila
melakukan potong kompas ke kanan maka sudut azimuth ditambah 90°.
c)
Jarak yang
dugunakan harus sama demi keakuratan data yang diambil.
e) Arah peta
1) Utara peta/grid north
Utara peta/UP (Utara Grid/UG/Grid North/GH), yang di lambangkan
dengan huruf Y (sumbu Y).
2) Utara sebenarnya/true north
Utara sebenarnya (US) adalah arah yang menunjukan kutub utara bumi (utara
geografis) di lambangkan dengan simbol bintang, karena utara segaris dengan
bintang (kutub) utara, maka dikenal pula sebagai utara astronomis.
3) Utara megnetis/magnetic north
Utara megnetis (UM) adalah arah yang menunjukkan kutub utara megnetis bumi
di lambangkan dengan jarum atau arah mata panah.
f) SAR (search and rescue)
SAR adalah segala usaha dan kegiatan mencari, menolong, menyelamatkan dan mengevakuasi
manusia yang menghadapi keadaan darurat atau bahaya dalam kecelakaan, bencana
atau kondisi yang membahayakan manusia.
Yang diperlukan
dalam SAR :
1) Struktur Organisasi
a) SC (SAR Coordinator) adalah seseorang
yang memiliki tanggungjawab tertinggi dalam suatu wilayah tertentu, seperti
Presiden.
b) SMC (SAR Mission Coordinator) adalah
instansi yang ditunjuk langsung oleh SC untuk mengendalikan suatu misi SAR di tingkat
provinsi.
c) OSC (On Scene Commander) adalah lembaga
yang mengontrol tim SRU.
d) SRU (Search and Rescue Unit) adalah
unit yang melakukan pencarian dan pertolongan pada operasi SAR di lapangan.
2) Peralatan
a) Komunikasi, alat bantu yang digunakan untuk berkomunikasi,
alatnya bisa berupa HT, radio, ponsel, dan lain-lain.
b) Transportasi, alat bantu yang digunakan untuk
menuju ke lokasi yang terjadi bencana, kendaraannya bisa berupa motor, mobil,
helikopter, perahu, dan lain-lain.
c) Administrasi, administrasi dalam SAR itu bisa
berupa pencatatan, pengumpulan, pemilahan, penyimpanan berita atau informasi
yang dikirim dan diterima secara rinci.
d) Logistik, merupakan sarana prasarana yang
menunjang suatu operasi SAR, bisa berupa pakaian, tempat berlindung, makanan, dan
minuman.
3) Tipe pencaraian
a) Teknik Pasif
(1)
Menunggu, tim
pencari menunggu hingga korban yang tersesat mencari tempat yang mudah dilihat.
(2)
Pembatasan, tim
pencari membatasi ruang gerak dengan menutup jalan keluar.
(3)
Menarik
perhatian, tim pencari memberi kode dengan peluit, memasang tanda bendera, dan
membuat asap yang banyak.
b) Teknik Aktif
(1)
Mencari
tanda-tanda, rescuer berusaha menemukan benda-benda yang menjurus ke
tempat sasaran.
(2)
Pencarian
cepat, rescuer mengikuti rute yang mungkin di tempati, menghindari rute
yang sulit, memeriksa tempat yang mencurigakan.
(3)
Pencarian cara grid,
pencarian dengan banyak orang, diatur dalam garis lurus, bergerak teratur ke
arah yang sama.
(4)
Perimeter cut,
rescuer memotong rute jalan korban, bila menemukan tanda langsung dicari
pada area sekelilingnya.
c) Teknik pencarian sistem binary
(1)
Hemat waktu
pencarian
(2)
Tim pencarian
harus waspada
(3)
Sasaran
pencarian tanda dan korban
4) Kegiatan SAR dilakukan terhadap:
a) Kecelakaan kapal dan pesawat udara.
b)
Kecelakaan
dengan penanganan khusus.
c)
Bencana pada
tanggap darurat.
d)
Kondisi yang
membahayakan manusia.
5) Pencarian secara grid
Selama pencarian memerlukan organisasi, koordinasi dan pengendalian yang
baik. Sebagai dasar pencarian seluas 1 mil persegi.
POD
|
INTERVAL/
JARAK
|
JUMLAH PENCARIAN
|
WAKTU
|
WAKTU KESELURUHAN
|
50 %
|
100 ft/30 m
|
53
|
3,5 jam
|
185,5 jam
|
70 %
|
60 ft/30 m
|
88
|
3,5 jam
|
308 jam
|
90 %
|
20 ft/30 m
|
264
|
3,5 jam
|
924 jam
|
Formula menghituung PGD
POD = 100 X (0,5 X interval)
Interval dalam feet,1 mile = 5280 feet
a) Pola penacarain garis tunggal
b) Pola pencarian garis dengan poros putar
c) Pola pencarain garis tunggal bertahap/staggered
single line
d) Pola pencarain penyapuan saling melewati/overlaping
sweep
e) Pola pencarain berkelompok
f) Pola pencarian persilangan ganda/multile
pass
g) Pola pencarian metode melebar
h) Pola pencarian contour
g)
Survival
1) Pengertian survival
Survival berasal dari kata survive yang artinya bertahan
hidup, dan orang yang sedang melakukan survival disebut survivor.
Sedangkan secara umum survival adalah cara atau teknik bertahan hidup
seseorang di alam bebas. Hal yang dapat menentukan lamanya kita berada pada
kondisi survival , yaitu keputusan apakah kita akan menetap (survival
statis) atau bergerak keluar mencari bantuan (survival dinamis).
2)
Tujuan dari survival
Tujuan dari survival adalah suatu
teknik untuk mengendalikan diri atau membekali seseorang bagaimana bertahan
hidup di alam bebas. Pedoman survivor:
S = Stop and sitting (berhenti dan duduk).
T = Thinking (berfikir).
O = Observasi (melakukan pengamatan).
P = Planning (perencanaan).
3)
Misi survivor
S = Sadar dalam keadaan bahaya.
U = Usahakan tetap tenang.
R = Rasa takut harus dihilangkan.
V = Vitalitas tubuh harus ditingkatkan
I = Ingat di mana kamu berada.
V = Vegetasi alam harus dimanfaatkan.
A = Adat istiadat setempat diperhatikan.
L = Latih dirimu dan belajarlah.
4)
Jenis-jenis Trap
a)
Trap jerat
b)
Trap timpa
c)
Trap lubang
5)
Kebutuhan dasar
survival
a)
Air
Umumnya orang dapat bertahan hidup selama 3 minggu tanpa makan, tapi hanya
dapat bertahan hidup selama 3 hari tanpa minum air. Air
merupakan kebutuhan yang utama dan universal.
(1)
Teknik
Mendapatkan Air
(a) Kondensasi, yaitu memanfaatkan air yang telah dipompa oleh tanaman
dengan cara membungkus tanaman tersebut dengan plastik kedap air dan udara.
(b) Destilasi, yaitu teknik penguapan air yang menguap. Misalnya masak
air asin dengan menadah uapnya dengan tutupnya.
(c) Solar Still, yaitu dengan melubangi tanah dan memberi nesting atau
panci di bawahnya kemudian diberi daun di sekitarnya, tutupi lubang tersebut
dengan plastik sehingga membentuk kerucut dengan memberi pemberat di atasnya.
(2)
Binatang
sebagai indikator keberadaan air
(a) Mata hewan mengandung air.
(b) Adanya mamalia, mengindikasikan adanya air.
(c) Lalat tidak bisa hidup ˃ 100 m dari air.
b)
Makanan
(1)
Sumber Makanan
Hewani (Zoologi)
Adalah sumber
makanan yang diperoleh dari hewan. Hewan yang dapat dimakan antara lain:
kerang-kerangan, cacing, serangga, udang-udangan, ikan, katak, hewan menyusui,
dan burung.
(2)
Sumber Makanan
Tumbuhan (Bootani)
Jenis tumbuhan
yang dapat dimakan adalah umbi-umbian, buah-buahan, biji-bijian, daun, bunga,
dan jamur. Ciri-ciri tumbuhan yang beracun antara lain :
(a) Mempunyai getah seperti susu.
(b) Buah-buahan yang warnanya mencolok.
(c) Daun yang mempunyai bulu-bulu atau duri-duri
halus, biasanya menimbulkan gatal-gatal.
(d) Khusus untuk jamur, ciri-cirinya adalah :
i.
Jamur yang
cincin di tangkainya berarti beracun.
ii.
Jamur yang
warnanya mencolok.
iii.
Jamur yang
dipotong setelah itu dioleskan di kulit menimbulkan gatal, bergetah, dan
membekas.
iv.
Jamur yang
tumbuh di sekitar kotoran hewan.
c)
Api
(1)
Syarat-syarat
adanya api antara lain :
(a)
Ada bahan
bakar.
(b)
Ada udara (O2).
(c)
Ada panas.
(2)
Tipe Api :
Tipe api yang
dimaksud adalah tujuan menyalakan api, karena dengan tujuan tersebut besar api
berbeda-beda.
(a) Api untuk menghangatkan, yaitu api yang
dinyalakan untuk menghangatkan badan, berada di tempat yang terbuka, dan
membutuhkan ruang yang luas.
(b) Api untuk memasak, yaitu api yang digunakan
untuk memasak sesuatu.
d)
Shelter
Shelter adalah tempat yang digunakan untuk berlindung pada saat terjadi panas,
angin kencang, dan hujan. Shelter dapat dibuat dari bahan- bahan yang
ada di sekitar kita. Ada beberapa lokasi yang tidak baik untuk membuat shelter
di antaranya :
(1)
Puncak bukit
yang mendapat hembusan angin langsung.
(2)
Dasar-dasar
lembah yang lembab, karena dingin dan berkabut saat malam hari.
(3)
Di
lereng-lereng tempat aliran air dan jalur hewan mencari air.
(4)
Pada
teras-teras bukit di mana genangan air dapat terjadi.
(5)
Di bawah pohon
besar yang sudah lapuk.
Dalam pembuatan bivak ada dua teknik,
yaitu :
(1)
Pembuatan bivak
alami, dengan memanfaatkan bahan yang disediakan oleh alam seperti, pohon besar
yang tumbang, gua, celah batu, ranting pohon, alang-alang, dan daun-daunan.
(2)
Pembuatan bivak
non alami, dengan menggunakan ponco, flysheet, dan tenda.
2. Hasil penelitian lapangan
Kegiatan
pendakian ini sudah direncanakan sebulan sebelum kegiatan, yang dimana dari
segala persiapan yang dibutuhkan kami persiapkan baik dari segi perlengkapan,
logistik, materi yang akan diaplikasikan, perizinan lokasi, tim, dan fisik
kami. Tiga hari sebelum kegitan kami sudah mulai mempersiapkan peralan dan
logistik yang akan kami bawa dengan melakukan packing peralatan dan
logistik yang instan-instan.
Perjalanan kami yang dimulai pada tanggal 29
Januari 2023 pada hari minggu untuk menuju lokasi basecamp Suwanting
dengan perjalan kurang lebih 8 jam dengan kendaraan mobil. Perjalanan pendakian
kami dimulai pada pagi menjelang siang hari pada tanggal 30 Januari 2023 tepatnya hari senin dengan
jumlah tim 5 orang dengan 1 orang pendamping yaitu mas Fauzi (Mas Pinus), 1
orang yang melakukan kegiatan ini yaitu Nisa (Lonceng), dan 3 orang tim yaitu
Aura, Dinta, Muklis (Grogi, Lanang, dan Klewer) yang dimulai dari mempersiapkan
legistrasi kami pada pikah basecamp dan kemudian baru kami melakukan
perjalanan dari basecamp menuju pintu rimba dengan mengendarai ojek
sampai di pintu rimba kami melakukan straching dan berdoa untuk
kelancaran kegiatan kami ini.
Perjalanan kami untuk mencapai pos 3 kurang
lebih 9 jam dengan banyak rintangan dan kondisi cuaca yang kurang bersahabat.
Hari pertama pendakian ini kami mengaplikasiakan mareri NAVDAR. Hari menjelang
malam dan kami hampir mendekati pos 3 tetapi sebelum itu kami juga harus
mengambil air untuk kebutuhan kami selama berada dilokasi camp. Sampai
lokasi camp kami membagi tugas yaitu ada yang memasak dan membangun camp
dan selesai kami langsung melanjutkan kegiatan kami selanjutnya yaitu
evaluasi dan breafing gunu untuk mengetahui kendala apa yang terjadi
pada hari ini dan memperjelas kegiatan kami untuk besok dan kemudian lanjut
untuk istirahat.
Pagi dengan kehujan dan kabut pada hari kedua
ini kami ingin melanjutkan dengan menuju kepuncak namun dengan kondisi cuaca
yang kurang baik kami urungkan niat kami hingga siang hari ini memaksakan diri
untuk naik karena terget kami harus sudah sampai puncak namun kami yang menuju
puncak hanya 4 orang karena harus ada yang menjaga camp kami 1 orang.
Puncak dengan perjalanan 2 jam lebih bisa kami lalui dengan kondisi cuaca
badai. Lanjut dengan turun dari puncak dan istirahat dilokasi camp.
Hari selasa waktunya kami untuk turun segala
hal-hal sudah kami packing dengan baik untk persiapan kami turun, namun
sebelum turun kami melakukan straching dan berdoa untuk kegiatan hari ini, dan
yang lebih penting dengan kondisi cuaca yang sedikit bagus kami melakukan
beberapa kali untuk mengambil foto dan lanjut turun dengan jarak tembuh kurang
lebih 6 KM. Sampai basecamp kami berbersih diri dan kemudian mengolah
data dan istirahat.
Pukul 07.00 WIB kami bersiap untuk SOSPED
kepada pihak basecamp terkait hal-hal yang ada didaerah sekitar basecamp
maupun terkait gunung Merbabu sendiri. Hari terakhir kami di lokasi basecamp
ini sebelum kami harus kembali ke daerah kami yaitu Ponorogo. Segala hal-hal
yang perlu kami persiapkan dengan baik agar tidak ada barang yang tertinggal
dan kemudian kami berpamitan pada pihak basecamp dan lanjut dengan
perjalanan pulang.
Untuk hasil SOSPED yang kami lakukan yaitu
terkait jalur Suwanting, mata pencarian masyarakat setempat, dan kebiasaan
masyarakat setempat. Menurut cerita dari kang Yoda selaku pengelola basecamp,
awal mula jalur pendakian gunung Merbabu via Suwanting dibuat oleh warga
sekitar berjumlah 5 orang. Jalur pendakian tersebut dibuat selama kurang lebih
6 bulan. Di jalur pendakian ini terdapat 5 lembah, yaitu Lembah Gosong, Lembah
Cemoro, Lembah Ngrijan, Lembah Mito, dan Lembah Manding. Ke lima lembah ini
memiliki arti ataupun sejarah tersendiri.
Didaerah ini terdapat tanaman seperti pete
tapi kecil-kecil, bau nya pun juga seperti pete. Di Lembah Manding ini harus
banyak-banyak membaca Bismillah dan do’a, menurut cerita daerah ini banyak
penunggunya. Di larang kencing di daerah tersebut, dan jangan suka mengeluh
karena bisa saja apa yang kita ucapkan benar-benar bisa terjadi. Selain lembah
di jalur pendakian ini terdapat pos air, pos air ini awalnya terdapat 3 namun
sekarang hanya ada 1 saja yang letaknya kurang lebih 200 m sebelum pos 3. Pos
air yang berada dibawah sudah rusak karena ulah pendaki yang kehabisan air,
sehingga memotong sembarangan paralon aliran air tersebut.
Pada malam 1 sura, orang-orang tua usia 80
tahun ke atas melakukan ziarah ke gunung Merbabu puncak Syarif. Tujuannya untuk
mencari air di lumpang 9, yang dinamai kentheng songo. Air tersebut digunakan
sebagai pengobatan.
Mata pencaharian dan adat istiadat masyarakat
sekitar yaitu pertanian sayur seperti kubis, cabai, dan tomat. Lalu menjual
hasil pertanian sayur tersebut ke pasar. Selain itu penghasilan yang diperoleh
juga dari pengelolaan basecamp. Adat disana yaitu mengadakan acara
slametan (mereti dusun) pada 1 Rajab, untuk tahun ini dilaksanakan pada tanggal
8 Februari 2023. Acara ini memakai tumpeng keliling dusun, bahkan dalam 1 desa
dapat menyembelih sekitar 15 ekor sapi untuk acara ini. Rajaban ini lebih ramai
dari pada idul fitri. Banyak orang-orang luar kota atau daerah yang berkunjung
melihat acara ini, sambil makan besama dengan masyarakat sekitar. Terdapat
berbagai hiburan seperti kesenian wayang dan kethoprak. Meskipun ada acara ini,
pendakian tetap di buka.
Kejadian yang sering terjadi di Gunung Merbabu
yaitu pos 3 ada seorang laki-laki yang sering meminta-minta logistic
kepada pendaki. Menurut cerita dari kang Yoda, orang tersebut bernama pak
Sumanto. Beliau berasal dari keluarga yang kurang mampu. Dulunya pernah meminta
kendaraan motor kepada orang tua nya, namun karena keadaan yang serba kurang
orang tua nya tidak mampu membelikan. Ketika dalam keadaan itu pak Sumanto
frustasi sehingga ingin membunuh bapaknya, lalu oleh warga sekitar di laporkan
ke pihak polisi. Dalam beberapa waktu kemudian tiba-tiba beliau sudah terlepas
dari sel, dan berada di gunung Merbabu. Menurut cerita beliau pernah di tembak
3 kali tapi kondisi aman saja, layaknya beliau orang sakti yang tidak mempan
saat dilukai. Beliau juga pernah di buang dijalanan solo, namun dalam kurun
waktu sehari pun beliau sudah berada di gunung Merbabu lagi hingga saat ini
beliau masih tinggal di gunung Merbabu.
Hasil Temuan Flora Dan Fauna
a. Data ekplore fauna
Monyet
|
Burung Mprit
|
b. Data ekplore flora
Hypericum Calycinum
|
Pakis
Besar/Pakis Hujau
|
Vermilion Waxcap/Jamur Kecil Merah
|
Impatiens Walleriana/Bunga Taik
|
Catina
|
Thhakisa
|
Ardisia
|
Daun Sendok
|
Strawberi Hutan
|
|
Hasil Data Pemetaan Jalur
a. Estimasi Perjalanan
1) Basecamp – Pintu Rimba (10 menit)
2) Pintu rimba – pos 1 (30 menit)
3) Pos 1 – pos 2 (3-4 jam)
4) Pos 2 – pos 3 (4-5 jam)
5) Pos 3 puncak suwanting (1-2 jam)
6) Puncak suwanting – puncak triangulasi (1 jam)
b. Titik Koordinat
1) Pintu rimba : 07° 28’ 13,5” LS
110° 24’ 14,5” BT
2) Pos 1 :
07° 28’ 11” LS
110° 24’ 25” BT
3) Lembah gosong :
07° 28’ 09,1” LS
110° 24’ 36” BT
4) Lembah cemoro :
07° 28’ 07” LS
110° 24’ 50,3” BT
5) Lembah ngrijan :
07° 28’ 03,5” LS
110° 24’ 59,7” BT
6) Lembah mito : 07° 27’ 58,6” LS
110° 26’ 08,7” BT
7) Pos 2 :
07° 27’ 52” LS
110° 25’ 17” BT
8) Lembah manding :
07° 27’ 48,5” LS
110° 25’ 19,9” BT
9) Pos air : 07° 27’ 33,5” LS
110° 25’ 44,5” BT
10) Pos 3 :
07° 27’ 36,2” LS
110° 25’ 50,3” BT
11) Camp :
07° 27’ 36,2” LS
110° 25’ 50,3” BT
12) Puncak suwanting : 07° 27’ 19” LS
110° 26’ 1” BT
13) Puncak triangulasi : 07° 27’ 14” LS
110° 26’ 21” BT
c.
Peta Jalur
d.
Diagram
morfologi
D. KESIMPULAN
Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah kegiatan
Gunung Hutan tidak dapat dianggap sepele karena kegiatan ini sangat beresiko,
dan membutuhkan banyak hal yang diperlukan saat kegiatan ini. Dari mental,
fisik, biaya, tim, dan segala kebutuhan tim kita. Untuk Gunung Merbabu via
Suwanting sendiri, jalur yang cukup membutuhkn tenaga karena selama jalur yang
dilewati itu menanjak dan sempit. Jika hujan jalan akan sangat licin, sehingga
banyak jalur yang saat tanjakan terdapat sebuah tali untuk naik maupun turun.
Dalam pengaplikasian jalur ini cukup mudah
untuk mengaplikasikan materi NAVDAR karena banyak objek-objek yang bisa
digunakan, dan materi survival juga bisa diterapkan, karena jalur ini
juga sangat sulit air. Air hanya ada sebelum pos 3 jadi survival air bisa
digunakan. Untuk eksplore flora dan fauna sendiri itu kurang, karena
dari flora nya sendiri juga sangat femiliar dan untuk fauna nya juga sangat
jarang ditemukan disepanjang jalur. Untuk para pemula pendaki gunung jalur ini
tidak cocok digunakan karena cukup ekstrim, sehingga jika ingin mendaki
gunung ini bisa menggukanan jalur yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Afani Iqbal Yukha Nur, Bambang Darmo Yuwono,
Nurhadi Bashit, 2019, “Optimalisasi Pembuatan Peta Kontur Skala Besar
Menggunakan Kombinasi Data Pengukuran Terestris Dan Foto Udara Format Kecil”,
Vol.8 No.1, Jurnal Geodesi Undip.
Fatria Fidia Asmara, 2021, (GUNUNG HUTAN),
Ponorogo: CV. Nata Karya. Hal 8.
HS Totok, 2024, MUKTAMAR KENAL MEDAN (MKM)
VIII MAPALA PTAIN SE-INDONESIA MAPALA PASCA STAIN PONOROGO.
SAR Nasional, Jungle Survival, 40.
Sucipto Tito, 2005, “Teknik Survival di Hutan”,
Universitas Sumatera Utara, (e-USU Repository).
Yahya Aqil Barqi, 2018, Spesialisasi Gunung
Hutan, Ponorogo:MAPALA PASCA.