Wednesday, August 13, 2025

JEJAK TANGAN DI TEBING PEGAT BLITAR, MELUKIS CERITA DI DINDING ALAM

JEJAK TANGAN DI TEBING PEGAT BLITAR, MELUKIS CERITA DI DINDING ALAM

Feryza Kumala Nurhidayanti1kumalasariratna29@gmail.com

UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo

ABSTRAK

Artikel ini membahas kegiatan pemanjatan tebing yang dilakukan oleh MAPALA PASCA di Tebing Pegat, Blitar, Jawa Timur. Tujuan kegiatan ini meliputi peningkatan pemahaman teknis panjat tebing, pelestarian nilai etika pecinta alam, serta pemetaan dan dokumentasi jalur tebing. Penelitian dilakukan dengan metode observasi langsung dan wawancara terhadap tim dan masyarakat sekitar. Hasil menunjukkan bahwa pemanjatan di Tebing Pegat memerlukan kondisi fisik yang prima, perencanaan yang matang, serta kesadaran tinggi terhadap aspek keselamatan. Salah satu kontribusi utama kegiatan ini adalah pembuatan mapping tebing, yaitu pemetaan jalur panjat secara sistematis dan akurat, termasuk pencatatan tinggi, jarak antar anchor, serta jenis batuan. Selain itu, tim juga mempraktikkan teknik vertical rescue suspension, yaitu metode evakuasi korban pada medan vertikal menggunakan sistem tali yang kompleks. Kegiatan ini tidak hanya memperkuat kapasitas teknis anggota, tetapi juga memberikan dasar pengembangan potensi Tebing Pegat sebagai kawasan olahraga alam yang berkelanjutan dan aman.

Kata kunci: panjat tebing, mapping, rescue suspension

ABSTRACT

This article discusses a rock climbing activity conducted by MAPALA PASCA at Tebing Pegat, Blitar, East Java. The objectives of the activity include enhancing technical climbing knowledge, promoting environmental ethics among nature enthusiasts, and mapping and documenting climbing routes. The research was carried out using direct observation and interviews with the team and local residents. The results indicate that climbing at Tebing Pegat requires excellent physical condition, thorough planning, and a high level of safety awareness. One of the key contributions of this activity is the creation of a rock face mapping, a systematic and accurate documentation of climbing routes, including height measurements, anchor distances, and rock type identification. In addition, the team practiced the vertical rescue suspension technique—a method of evacuating victims from vertical terrain using a complex rope system. This activity not only strengthens the members' technical capacities but also lays the groundwork for developing Tebing Pegat as a safe and sustainable natural sports destination.

Keywords: rock climbing, mapping, rescue suspension

 

 


 

 

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Panjat tebing adalah salah satu olahraga ekstrim, karena panjat tebing merupakan olahraga yang melawan gravitasi, membutuhkan keberanian, konsentrasi dan mentalitas yang tinggi serta tidak takut ketinggian, juga membutuhkan kekuatan kaki, lengan dan gerakan sebagai penopang, agar saat mendaki supaya menghindari tergelincir (Prihantoro, 2011). Panjat Tebing mempunyai teknik dasar yang harus dikuasai yaitu teknik pegangan, teknik pijakan dan teknik gerakan.[1]

Pemanjatan tebing merupakan salah satu cabang olahraga alam bebas yang tidak hanya menuntut kekuatan fisik dan keterampilan teknis, tetapi juga perencanaan yang matang serta kesadaran terhadap aspek keselamatan dan kelestarian lingkungan. Dalam konteks pengembangan olahraga dan pariwisata berbasis alam, pemanjatan tebing memiliki potensi besar untuk menjadi daya tarik wisata alternatif, khususnya di daerah yang memiliki karakteristik geologis yang mendukung. Salah satu lokasi yang memiliki potensi tersebut adalah Tebing Pegat di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Tebing Pegat memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi bentuk tebing, batuan, maupun nilai estetika pemandangan alam sekitarnya. Selain itu, lokasi ini sangat strategis, sehingga memberikan pengalaman pemanjatan yang menyenangkan dan nyaman. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan aktivitas pemanjatan yang dilakukan oleh komunitas pecinta alam, baik lokal maupun dari luar daerah. Fenomena ini menunjukkan adanya antusiasme yang tinggi terhadap potensi Tebing Pegat sebagai lokasi panjat tebing.

Namun demikian, potensi besar tersebut belum sepenuhnya diimbangi oleh pengelolaan yang terarah dan berbasis data. Minimnya dokumentasi ilmiah mengenai kondisi tebing, klasifikasi jalur pemanjatan, tingkat kesulitan, dan aspek keselamatan menjadi salah satu kendala dalam pengembangan Tebing Pegat sebagai kawasan panjat tebing yang profesional dan berkelanjutan. Di samping itu, belum adanya regulasi atau standar operasional prosedur (SOP) yang mengatur aktivitas panjat tebing di kawasan ini menimbulkan kekhawatiran terhadap risiko kecelakaan maupun kerusakan lingkungan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan olahraga panjat tebing berbasis lokal, sekaligus mendorong integrasi antara olahraga, pariwisata, dan pelestarian lingkungan secara berkelanjutan.

2. DASAR KEGIATAN

a. AD/ART MAPALA PASCA.

b. Peraturan Organisasi MAPALA PASCA.

c. Program Kerja MAPALA PASCA IAIN PONOROGO 2024/2025.

d. Hasil musyawarah MAPALA PASCA.

3. TUJUAN KEGIATAN

a. Memahami ilmu Khususnya Divisi Rock Climbing dari ilmu dasar sampai target yang akan dicapai

b. Mengamalkan kode etik pecinta alam Indonesia.

c. Menambah referensi tanpa kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk generasi selanjutnya sebagai pendidikan lanjutan atau pendidikan lainnya.

d. Memenuhi syarat untuk kenaikan jenjang anggota Biasa (AB).

e. Sebagai pencetak kader MAPALA PASCA yang yang berguna dan kompetitif terhadap organisasi.

4. TARGET SPESALISASI

a. Pemanjatan minimal 4 jalur, sekurang-kurangnya bertotal 60 runner dengan system Himalayan.

b. Mapping jalur yang dipanjat dan tebing.

c. Rescue tebing Suspension.

d. Tempat spesialisasi belum pernah dijadikan tempat spesialisasi oleh team MAPALA PASCA.

B. METODE

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menunjang kegiatan spesialisasi yang berlokasi di Tebing Pegat, Langon, Kec. Ponggok, Kab. Blitar, Jawa Timur

2. Waktu dan Alat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Hari Kamis Minggu, Tanggal 29 Mei hingga 01 Juni 2025. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu Alat mapping (bolpoin, pensil, kertas hvs, penghapus, roll meter, meteran tukang). dan alat pemanjatan (harnest, runner, carabinner screw, carabinner snap, webbing, kuik fix, sepatu, helm, sarung tangan) beserta alat pendukung lainnya.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini yaitu dengan cara observasi dan wawancara. Penelitian dilakukan dengan cara mengamati langsung dalam kegiatan di lapangan. Data juga didapat berdasarkan wawancara kepada warga setempat serta tim.


C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Kajian Teori

a. Definisi panjat tebing

Panjat tebing adalah suatu olahraga yang lebih menekankan kemampuan aspek-aspek dalam latihan yaitu fisik, teknik dan taktik. Penampilan pada medan vertical sangat membutuhkan kondisi fisik prima yaitu seperti kekuatan, powerdan daya tahan. Menurut Koneman (2001: 182) climbing is not only for putting ypur improved physical to the rest, but also the time when you refine your movements and technique, essential for making the most of youre fforts. Seorang pemanjat harus memiliki fisik yang prima untuk menambah ketinggian, memiliki penguasaan teknik yang sempurna untuk dapat memecahkan jalur pemanjatan, memiliki taktik yang cemerlang untuk dapat memcaba jalur yang akan dipanjat[2]

Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan rock climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45" dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.

Pada dasarnya olah raga panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan kelenturan, kekuatan/daya tahan tabuh, kecerdikan, kerja sama team serta ketrampilan dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu sendiri. Dalam menambah ketinggian dengan memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan celah yang terdapat ditebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan efisien untuk mencapai puncak pemanjatan. Pada awalnya panjat tebing merupakan olah raga yang bersifat petualangan muni dan sedikit sekali memiliki peraturan yang jelas, seiring dengan berkembangnya olah raga itu sendiri dari waktu kewaktu telah ada bentuk dan standart baku dalam aktifitas dalam panjat tebing yang diikuti oleh pegiat panjat tebing. Banyaknya tuntutan tentang perkembangan olah raga ini memberi alternatif yang lain dari unsur petualangan itu sendiri. Dengan lebih mengedepankan unsur olah raga murni (sport).

b. Etika Pemanjatan

1) Terhadap lingkungan

a) Dapatkan informasi terbaru sebanyak mungkin mengenai tebing dan lokasi pemanjatan jauh-jauh hari sebelum perjalanan dimulai. Jika ada penutupan akses ke tebing tersebut, jangan dilanggar dan carilah tempat lain.

b) Sebaiknya menggunakan jalan setapak yang sudah ada meskipun lebih jauh dan lebih lama untuk dicapai. Jangan membuat jalan pintas baru yang hanya akan mengakibatkan timbulnya erosi tanah.

c) Berkemahlah ditempat yang telah disediakan atau yang biasa digunakan. Buang air di WC, minimal setidaknya 10 meter dari sumber air/sungai. Jika tidak ada WC, gali lubang untuk buang air besar.

d) Gunakan kapur magnesium seperlunya.

2) Terhadap masyarakat sekitar:

a) Jangan membuat kebisingan yang mengganggu, turuti aturan, tradisi, etika dan norma yang berlaku pada kampung sekitar.

b) Hormati kuncen / kepala desa, serta sempatkanlah beramah tamah dengan

3) penduduk sekitar.

a) Terhadap sesama Climber:

b) Tetaplah berpenampilan low profile, hormati dan hargailah sesama climber.

c) Climber yang akan leading harus didahulukan dari Climber yang akan top roping.

d) jangan memonopoli rute. Jika udah selesai melakukan pemanjatan, janganlah membiarkan tali tegantung dirute tersebut, dan persilahkan Climber lain untuk menggunakan rute tersebut.

e) angan katakan pada Climber lain bahwa tingkat kesulitan rute tertentu lebih mudah dari yang sebenarnya (dikenal dengan istilah sandhag atau sandbagging) Pemberian informaasi yang salah ini, baik disengaja ataupun tidak dapat beresiko mengakibatkan kecelakaan terhadap climber lain karena keterbatasan kemampuan memanjat mereka.

f) Jika climber lain dalam keadaan berbahaya baik itu disadari atau tidak, segera bertindak dengan sopan dan berikan peringatan, dan jika terjadi kecelakaan berikanlah pertolongan sebisanya.

g) Hati-hati dengan tawaran bellay atau peminjaman alat dari Climber yang baru dikenal. Bisa mungkin terjadi tali yang digunakan sudah sangat tua, atau pemasangan anchor yang salah dan menimbulkan bahaya.

c. Teknik Pemanjatan

1) Soloing yaitu pemanjatan tanpa menggunakan pengaman hanya menggunakan sepatu, helm dan magnesium

2) Free climbing yaitu pemanjatan yang mengunakan alat hanya untuk menahan jatuh saat berhenti menambah, bukan hanya penambat tapi juga untuk mengamankan pemanjat.

3) Aid climbing yaitu pemanjatan menggunakan peralatan selain untuk menahan jatuh, untuk menambah ketinggian, sepenuhnya menggunakan alat atau disebut artificial


 

d. Sistem Pemanjatan

1) Alpine system

Yaitu system pemanjatan yang ditempuh dengan tujuan mencapai puncak dengan membawa seluruh perlengkapan dan peralatan pemanjatan biasanya climber bermalam diatas tebing, tanpa kembali lagi ke shelter induk. Biasanya pada system ini seorang climber harus mempunyai kemampuan khusus dalam penguasaanya teknik-teknik pemanjatan yang sangat tinggi.

2) Himalaya System

Yaitu system pemanjatan yang dilakukan setahap demi setahap hingga mencapai puncak tanpa membawa seluruh perlengkapannya dan pemanjatan kembali ke shelter induk

e. Mapping

mapping adalah sketsa jalur yang berhasil dipanjat. Keakuratan jarak dalam mapping tebing sangatlah penting agar informasi tentang tebing yang terangkum benar-benar dapat dipercaya, untuk itu perlu adanya sebuah perhitungan jarak, tinggi, medan, dan lain sebagainya. Dalam pembuatan mapping tebing perlu adanya pembagian tugas personil dengan tugas masing- masing, diantanya:

1) Leader adalah orang yang melakukan pemanjat sekaligus sebagai meterer yakni melakukan pengukuran tinggi tebing

2) Bellayer adalah orang yang menggamankan leader saat melakukan pemanjatan.

3) Sketser adalah orang yang menyeketsa tebing.

4) Notulen adalah orang yang mencatat hasil dari mapping tebing ini.

Ada 2 metode dalam melakukan pengukuran tebing, yakni:

1) Bottom to top yakni melakukan pengukuran dari ground sampai top, jadi sambil memanjat mekakukan pengkuran dari runner satu ke runner yang lain.

2) Top to bottom yakni melakukan pengukuran dari top menuju ground, jadi pemanjat melakukan pemanjatan terlebih dahulu lalu setelah sampai dipuncak, turun dengan melakukan pengukuran.

Dalam melakukan mapping tebing ini juga dibutuhkan beberapa sket yang dilengkapi dengan data sebagai berikut:

1) Nama jalur

2) Lokasi

3) Jenis batuan tebing

4) Tinggi tebing

5) Sistem pemanjatan

6) Teknik pemanjatan

7) Waktu pemanjatan

8) Tingkat kesulitan (grade)

9) Data peralatan yang digunakan

10) Daftar pemanjat

Setelah mendapatkan data akurasi tebing langkah terakhir adalah menggambarkan tebing dalam sebuah kertas, gunakan skala yang akurat sehingga ukuran tebing dapat terbaca dengan jelas.

f. Rescue Vertical

Rescue adalah teknik atau cara yang digunakan untuk menolong seseorang yang berada dalam keadaan memerlukan pertolongan. Rescue bisa dilakukan dengan oleh banyak orang (team) atau sworang saja (man to man). Pada pembahasan ini akan dibahas adalah rescue team atau vertical rescue,

Cara packing korban di Stretcher:

1)  Membuat chieshernes pada korban dibagian dada korban, Fungsi chieshernes untuk menahan korban agar tidak merosot ke bawah.

2) Membuat harnest pada korban dibagian pinggang korban, Fungsinya chieshernes untuk menahan korban agar tidak terpanting kanan ataupun ke kiri.

3) Menali kaki korban agar tidak jatuh. Teknik dalam vertical rescue ada dua yaitu hauling, lowering, dan suspension

g. Suspension

adalah teknik menolong korban dengan cara menyebrangkan korban baik ke titik/tempat yang lebih tinggi, sejajar, maupun lebih rendah dari posisi korban berada. Teknik ini merupakan alternatif terakhir mengingat penggunaan tekhnik ini akan memakan waktu yang cukup lama dan peralatan yang digunakan juga relatif lebih kompleks.

2. Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini cukup menyenangkan dan menantang. berkegiatan di alam bebas juga sangat beresiko perihal keselamatan. Sebagai seorang pemanjat tebing harus selalu memperhatikan keselamatan dan selalu siap terhadap resiko-resiko yang akan terjadi. Beberapa hal yang menjadi tantangan dalam pemanjatan di Tebing Pegat yaitu tentang persiapan fisik seorang pemanjat, kondisi cuaca, dan juga jalur yang cukup sulit.

a. Pemanjatan 

Memanjat tebing merupakan kegiatan di alam bebas yang cukup menguras banyak tenaga. Hal ini dikarenakan olahraga panjat tebing merupakan kegiatan yang lebih fokusnya terhadap mengembankan kekuatan tangan kaki, keseimbangan dan fleksibilitas tubuh. Kondisi fisik yang kuat, sehat dan terlatih sangat diperlukan dalam kegiatan ini, maka diperlukan latihan fisik sebelum kegiatan pendakian. Latihan fisik penting karena dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan dan kelincahan tubuh, sehingga tubuh siap untuk melakukan pemanjatan di medan tebing yang beragam, selain itu latihan fisik juga membantu mengurangi risiko cedera dan mempercepat pemulihan jika terjadi kelelahan atau cedera saat pemanjatan.

b. Mapping

Mapping tebing (pemetaan tebing) adalah proses menggambarkan dan mendeskripsikan secara sistematis kontur, fitur, dan jalur pemanjatan pada sebuah tebing. Mapping ini sangat penting dalam kegiatan panjat tebing karena berkaitan dengan keselamatan, strategi pemanjatan, dan dokumentasi jalur (route) yang digunakan oleh pemanjat. Dalam pembuatan mapping tebing perlu adanya pembagian tugas personil dengan tugas masing-masing yaitu ada Leader tugas leader adalah melakukan pemanjatan sekaligus sebagai pengukur ketinggian tebing, panjang jalur dan juga jarak antara penambat satu dengan penambat yang lain, Bellayer orang yang mengamankan si leader atau pemanjat ketika pemanjatan berlangsung, sketser tugas sketser merupakan orang yang melakukan penggambaran sketsa tebing, mencatat pijakan dan pegangan ketika pemanjatan berlangsung dan yang terakhir ada notulen seseorang yang bertugas mencacat hasil dari pemetaan/mapping tebing. dalam pengukuran tebing juga ada 2 metode yang bisa digunakan, yan pertama ada bottom to top yakni melakukan pengukuran dari ground sampai top, jadi sambil memanjat melakukan pengukuran dari runner satu ke runner yang lain. yang kedua ada top to bottom melakukan pengukuran dari top menuju ground, jadi pemanjat melakukan pemanjatan terlebih dahulu lalu setelah sampai dipuncak turun dengan melakukan pengukuran.

c. Rescue Suspension

Vertical Rescue Suspension adalah teknik penyelamatan yang dilakukan pada medan vertikal (seperti tebing, gedung tinggi, atau jurang) dengan menggunakan sistem tali dan alat pengaman untuk mengevakuasi korban yang tidak mampu bergerak sendiri ke tempat yang aman. Suspension di sini mengacu pada penggantungan tubuh (korban atau rescuer) di udara menggunakan sistem tali (rope system), harness, dan alat bantu lainnya.

Teknik ini bisa dikatakan juga dengan menolong korban dengan cara menyebrangkan korban baik ke titik/tempat yang lebih tinggi, sejajar, maupun lebih rendah dari posisi korban berada. akan tetapi teknik ini merupakan alternatif terakhir karena penggunaan tekhnik ini akan memakan waktu yang cukup lama dan peralatan yang digunakan juga relatif lebih kompleks. untuk mengamankan korban ada cara-cara yang harus dilakukan yaitu yang pertama adalah membuat penambat di tempat atau media yang kuat contoh misal pohon, batu tebing, maupun anchor buatan, setelah itu buat instalasi dari tali untuk menggantung korban, perlu diperhatikan instalasi yang dibuat harus tali tegang menggunakan A,Z,M System, gunakan sistem tali katrol (pulley) dipasang untuk menaikkan korban ke tali, setelah itu mempacking korban kedalam stretcher setelah itu korban diturunkan bersama dalam satu sistem tali. Biasanya dipakai ketika korban tidak sadar dan harus dikendalikan penuh oleh rescuer dengan cara membellay dari sisi seberang.

D. KESIMPULAN

Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan rock climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45" dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu. Pada dasarnya olah raga panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan kelenturan, kekuatan/daya tahan tabuh, kecerdikan, kerja sama team serta ketrampilan dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu sendiri. Dalam menambah ketinggian dengan memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan celah yang terdapat ditebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan efisien untuk mencapai puncak pemanjatan.


 

E. DOKUMENTASI

RESCUE SUSPENSION



FOTO BERSAMA

WhatsApp Image 2025-08-05 at 17.17.37 (2)

MAPPING + PEMANJATAN

WhatsApp Image 2025-08-05 at 17.17.37

PACKING KORBAN

WhatsApp Image 2025-08-05 at 17.18.42

 


 

F. PENGOLAHAN DATA

NO

NAMA TEBING

JENIS DATA

KETERANGAN

1.

Tebing Pegat  1

Nama jalur

Pegat 1

Lokasi

Ds. Langon, Kec. Ponggok, Kab. Blitar

Jenis batuan

Batuan Andesit

Tinggi tebing

±25 M

Sistem pemanjatan

Himalayan System

Teknik pemanjatan

Runner to runner

Waktu pemanjatan

07.45 - 08.40 WIB 

Grade

5.9

Data peralatan

Harnest, Helm, Carmantle, Figur of eight, Sarung tangan, Chalkbag, Carabiner snap, Runner, Prusik, ATK, Carabiner screw, Meteran tukang, Roll meter, Webbing, Kuik fix, Matras, Sepatu panjat

Daftar pemanjat

Leader   : Feryza

Bellayer : Karennia

Notulen  : Sekar

Sketser   : Desi

Bentuk tebing

Blank

Jenis pegangan

Crimp, Pinch, Palm, Open, Side pull

Jenis pijakan

Edging, Smearing

2.

Tebing Pegat 1

Nama jalur

Pegat 2

Lokasi

Ds. Langon, Kec. Ponggok, Kab. Blitar

Jenis batuan

Batuan Andesit

Tinggi tebing

±22 M

Sistem pemanjatan

Himalayan System

Teknik pemanjatan

Runner to runner

Waktu pemanjatan

13.52 - 16.26 WIB

Grade

5.10

Data peralatan

Harnest, Helm, Carmantle, Figur of eight, Sarung tangan, Chalkbag, Carabiner snap, Runner, Prusik, ATK, Carabiner screw, Meteran tukang, Roll meter, Webbing, Kuik fix, Matras, Sepatu panjat

Daftar pemanjat

Leader   : Feryza

Bellayer : Karennia

Notulen  : Sekar

Sketser   : Desi

Bentuk tebing

Overhank

Jenis pegangan

Crimp, Open, Side pull, Pinch, Undercling

Jenis pijakan

Foot jaming, Edging, Smearing

3.

Tebing Pegat 1

Nama jalur

Pegat 3

Lokasi

Ds. Langon, Kec. Ponggok, Kab. Blitar

Jenis batuan

Batuan Andesit

Tinggi tebing

±22M

Sistem pemanjatan

Himalayan System

Teknik pemanjatan

Runner to runner

Waktu pemanjatan

13.52 - 16.22 WIB

Grade

5.10

Data peralatan

Harnest, Helm, Carmantle, Figur of eight, Sarung tangan, Chalkbag, Carabiner snap, Runner, Prusik, ATK, Carabiner screw, Meteran tukang, Roll meter, Webbing, Kuik fix, Matras, Sepatu panjat

Daftar pemanjat

Leader   : Feryza

Bellayer : Karennia

Notulen  : Sekar

Sketser   : Desi

Bentuk tebing

Blank

Jenis pegangan

Cling, Crimp, Open

Jenis pijakan

Edging, Smearing

4.

Tebing Pegat 2

Nama jalur

Pegat 1

Lokasi

Ds. Langon, Kec. Ponggok, Kab. Blitar

Jenis batuan

Batuan Andesit

Tinggi tebing

±30M

Sistem pemanjatan

Himalayan System

Teknik pemanjatan

Runner to runner

Waktu pemanjatan

08.21 - 10.00 WIB

Grade

5.10

Data peralatan

Harnest, Helm, Carmantle, Figur of eight, Sarung tangan, Chalkbag, Carabiner snap, Runner, Prusik, ATK, Carabiner screw, Meteran tukang, Roll meter, Webbing, Kuik fix, Matras, Sepatu panjat

Daftar pemanjat

Leader   : Feryza

Bellayer : Karennia

Notulen  : Sekar

Sketser   : Desi

Bentuk tebing

Blank

Jenis pegangan

Crimp, Open

Jenis pijakan

Smearing, Edging

5.

Tebing Pegat 2

Nama jalur

Pegat 2

Lokasi

Ds. Langon, Kec. Ponggok, Kab. Blitar

Jenis batuan

Batuan Andesit

Tinggi tebing

±30M

Sistem pemanjatan

Himalayan System

Teknik pemanjatan

Runner to runner

Waktu pemanjatan

13.25 - 13.53 WIB

Grade

5.10

Data peralatan

Harnest, Helm, Carmantle, Figur of eight, Sarung tangan, Chalkbag, Carabiner snap, Runner, Prusik, ATK, Carabiner screw, Meteran tukang, Roll meter, Webbing, Kuik fix, Matras, Sepatu panjat

Daftar pemanjat

Leader   : Feryza

Bellayer : Karennia

Notulen  : Sekar

Sketser   : Desi

Bentuk tebing

Blank

Jenis pegangan

Palm, Crimp

Jenis pijakan

Smearing, Edging

6.

Tebing Pegat 2

Nama jalur

Pegat 3

Lokasi

Ds. Langon, Kec. Ponggok, Kab. Blitar

Jenis batuan

Batuan Andesit

Tinggi tebing

±30M

Sistem pemanjatan

Himalayan System

Teknik pemanjatan

Runner to runner

Waktu pemanjatan

16.39 - 17.22 WIB

Grade

5.10

Data peralatan

Harnest, Helm, Carmantle, Figur of eight, Sarung tangan, Chalkbag, Carabiner snap, Runner, Prusik, ATK, Carabiner screw, Meteran tukang, Roll meter, Webbing, Kuik fix, Matras, Sepatu panjat

Daftar pemanjat

Leader   : Dinta 

Bellayer : Karennia

Notulen  : Sekar

Sketser   : Feryza 

Bentuk tebing

Blank

Jenis pegangan

Open, Crimp

Jenis pijakan

Edging, Smearing

7.

Tebing Pegat 3

Nama jalur

Pegat 1

Lokasi

Ds. Langon, Kec. Ponggok, Kab. Blitar

Jenis batuan

Batuan Andesit

Tinggi tebing

±20M

Sistem pemanjatan

Himalayan System

Teknik pemanjatan

Runner to runner

Waktu pemanjatan

07.45 - 09.36 WIB

Grade

-

Data peralatan

Harnest, Helm, Carmantle, Figur of eight, Sarung tangan, Chalkbag, Carabiner snap, Runner, Prusik, ATK, Carabiner screw, Meteran tukang, Roll meter, Webbing, Kuik fix, Matras, Sepatu panjat

Daftar pemanjat

Leader   : Feryza

Bellayer : Karennia

Notulen  : Sekar

Sketser   : Desi

Bentuk tebing

Blank

Jenis pegangan

Crimp, Open

Jenis pijakan

Edging, Smearing

8.

Tebing Pegat 3

Nama jalur

Pegat 2

Lokasi

Ds. Langon, Kec. Ponggok, Kab. Blitar

Jenis batuan

Batuan Andesit

Tinggi tebing

±20M

Sistem pemanjatan

Himalayan System

Teknik pemanjatan

Runner to runner

Waktu pemanjatan

10.25 - 11.46 WIB

Grade

-

Data peralatan

Harnest, Helm, Carmantle, Figur of eight, Sarung tangan, Chalkbag, Carabiner snap, Runner, Prusik, ATK, Carabiner screw, Meteran tukang, Roll meter, Webbing, Kuik fix, Matras, Sepatu panjat

Daftar pemanjat

Leader   : Feryza

Bellayer : Karennia

Notulen  : Sekar

Sketser   : Desi

Bentuk tebing

Blank

Jenis pegangan

Crimp, Open, Pinch

Jenis pijakan

Edging, Smearing

9.

Tebing Pegat 3

Nama jalur

Pegat 3

Lokasi

Ds. Langon, Kec. Ponggok, Kab. Blitar

Jenis batuan

Batuan Andesit

Tinggi tebing

±20M

Sistem pemanjatan

Himalayan System

Teknik pemanjatan

Runner to runner

Waktu pemanjatan

07.45 - -9.36

Grade

-

Data peralatan

Harnest, Helm, Carmantle, Figur of eight, Sarung tangan, Chalkbag, Carabiner snap, Runner, Prusik, ATK, Carabiner screw, Meteran tukang, Roll meter, Webbing, Kuik fix, Matras, Sepatu panjat

Daftar pemanjat

Leader   : Dinta

Bellayer : Karennia

Notulen  : Sekar

Sketser   : Feryza

Bentuk tebing

Blank

Jenis pegangan

Crimp, Open

Jenis pijakan

Edging

 

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.17

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.18

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.18 (1)

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.18 (2)

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.19

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.19 (1)

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.20

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.20 (1)

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.20 (2)

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.21

WhatsApp Image 2025-08-05 at 19.15.21 (1)

 

 

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Hanum, S. Z., “Pengembangan Model Latihan Panjat Tebing Untuk Atlet Pemula” Motion: Jurnal Riset Physical Education 8, no. 1 (2017).

Saputro, W. F., dan Nurrachmad, L. “Analisis Pembinaan Olahraga Panjat Tebing di Kabupaten Banjarnegara.” Dalam Innovative: Journal Of Social Science Research 3, no. 4 (2023).

 



[1] W. F. Saputro, & Nurrachmad, L. (2023). Analisis Pembinaan Olahraga Panjat Tebing di Kabupaten Banjarnegara. Innovative: Journal Of Social Science Research3(4), 1639-1651.

 

[2] S. Z. Hanum.  (2017). Pengembangan Model Latihan Panjat Tebing Untuk Atlet Pemula. Motion: Jurnal Riset Physical Education, 8(1), 100-110.